Jakarta (ANTARA News) - Kelompok musik ansambel dari Prancis Doulce Memoire dan maestro musik Sunda Yoyon Darsono menggelar konser musik klasik bertajuk "Negeri yang Tlah Hilang: dari Keraton Sunda sampai ke Kediaman Raja-raja Prancis."


Melalui konser kolaborasi dalam rangkaian festival seni Prancis-Indonesia: Festival Printemps Francais 2016 yang digelar di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Kamis malam itu, musisi dua bangsa tersebut membawa pengunjung menjelajahi keagungan ansambel kerajaan Prancis pada masa renaissance hingga kerajaan Sunda lama.


Doulce Memoire beranggotakan Veronique Bourin sebagai penyanyi soprano, Hugues Primard, vokalis tenor, Miguel Henry (luth, semacam mandolin), Bruno Caillat (perkusi) dan Denis Raisin Dadre (flute sekaligus sutradara pergelaran).


Sedangkan Maestro Musik Sunda beranggotakan Hendrawati Ashworth (penembang), Yoyon Darsono (suling) dan Dede Suparman (kecapi Sunda).


Selama lebih kurang 60 menit, pengunjung disuguhi 16 lagu-lagu klasik Prancis dan tembang-tembang lama Sunda yang dibawakan secara sendiri maupun kolaborasi dua kelompok musik tersebut.


Dibuka dengan "Collineto" dan "Pour Delaisser Tristesse", Doulce Memoire langsung membawa pengunjung merasakan suasana Prancis abad pertengahan. Kemudian disambung "Padjajaran Sinangging Degung" oleh Maestro Musik Sunda menghadirkan nuansa alam tanah parahyangan.


Beberapa lagu lain yang dibawakan dalam pergelaran tersebut di antaranya Cara Mie Donna, Isabellea, Je Vivray Liement, sedangkan dari Sunda yakni Lokatmala, Pepatet Ratu, Sekar Manis, Jemplang Leumpang.


Sedangkan lagu yang dibawakan secara kolaborasi yakni Vrai Dieu dAmour dan Es Lilin dengan perpaduan musik Prancis dan Sunda.


Denis Raisin Dadre, yang membentuk Ansambel Doulce Memoire pada 1989 mengatakan, musik memiliki kekuatan besar sebagai bahasa pengantar dalam berkomunikasi dengan orang dari kultur yang berbeda.


"Hasilnya kami persembahkan perpaduan musik abad 14 Prancis dengan musik Sunda Kuno dalam konser ini," kata pemain fluit spesialisasi musik Renaissance.


Dia mengakui, komunikasi menjadi tantangan terbesar selama latihan, karena kendala bahasa dan tidak tersedianya buku atau naskah tertulis.


"Semua dilakukan secara langsung, bertemu dan latihan bersama," ujar pengajar tetap di Conservatoire de Tours itu.


Maestro musik Sunda Yoyon Darsono selama ini juga tergabung dalam grup musik Krakatau Band yang digawangi Dwiki Darmawan. Pria yang menguasai berbagai macam alat musik karawitan tersebut sehari-hari sebagai Dosen seni Institut Seni dan Budaya Indonesia.


Pewarta: Subagyo
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016