Sebanyak enam ton itu kalau dikategorikan pemakai, berarti ada sekitar 30 juta orang yang berhasil diselamatkan,"Tomohon (ANTARA News) - Kepala Badan Narkotika Nasional Komisaris Jenderal Polisi Budi Waseso mengatakan pada tahun 2015 Polri dan BNN berhasil menyita sebanyak enam ton narkotika jenis sabu.
"Sebanyak enam ton itu kalau dikategorikan pemakai, berarti ada sekitar 30 juta orang yang berhasil diselamatkan," kata Komjen Buwas pada peringatan Hari Pendidikan Nasional di Tomohon, Sulut, Senin.
Meski begitu, kata dia, sitaan barang haram seberat enam ton itu hanya 20 persen dari total sabu yang beredar di masyarakat.
Menurut dia, bentuk penghancuran negara ini salah satunya dengan menghancurkan generasi muda.
"Saat ini narkotika menyasar generasi anak bangsa, generasi muda, generasi produktif, generasi pemimpin bangsa ke depan. Narkotika menyasar golongan anak-anak SMA dan kuliah di perguruan tinggi," katanya.
Menurut dia, narkotika telah menjadi masalah bangsa dan negara, dan apabila mau utuh melihat, ini adalah ancaman buat negara karena tidak ada satu wilayah di Republik ini yang terbebas dari penyalahgunaan narkotika.
Peredaran narkotika terjadi di seluruh wilayah, daerah termasuk di Kota Tomohon, umumnya di Kota Manado.
Mengapa terjadi hal ini? Menurut jenderal bintang tiga ini, semua tidak memahami narkoba dan tidak peduli terhadap masalah ini.
Indonesia, bahkan kata dia, telah menjadi pangsa pasar narkotika terbesar di ASEAN.
Menurut dia, kenapa jaringan narkotika menyasar anak SMA dan mahasiswa karena mafia narkoba yang dikendalikan suatu negara menginginkan Indonesia hancur.
Dan salah satunya adalah menyasar generasi anak bangsa yang produktif potensial yang bisa menjadi aset bangsa ke depan.
"Para mafia tidak berhenti sampai di situ, mereka berharap Indonesia tetap menjadi pangsa pasar terbesar di ASEANn. Sebagian keuntungan mereka dari hasil mengedarkan narkoba mereka biayai untuk regenerasi pangsa pasar," ujarnya.
Tujuannya adalah menggantikan pengguna sekarang ini karena pengguna narkotika tidak akan pernah sembuh, terjadi kerusakan permanen saraf otak yang pengaruhi organ tubuh lain.
Kerusakan otal berarti akan memperpendek usia, sehingga perlu regenerasi pangsa pasar yang kemudian menyasar taman kanak-kanak dan sekoah dasar, ujarnya.
Pewarta: Karel A Polakitan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016