Timika (ANTARA News) - Belasan anggota Komisi VII DPR pada kunjungan ke Timika, Provinsi Papua, menyertakan sejumlah staf Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk meneliti penyebab kematian jutaan ekor ikan di kawasan area pengendapan tailing PT Freeport Indonesia.
Wakil Ketua Komisi VII DPR Fadel Muhammad di Timika, Senin, mengakui salah satu agenda utama kunjungan kerja para wakil rakyat dari Senayan ke Timika itu juga untuk meminta penjelasan pihak PT Freeport soal kematian jutaan ekor ikan tersebut.
"Kami ada bawa satu tim dari Kementerian lingkungan hidup dan kehutanan. Kita mau lihat itu, apa penyebabnya," kata Fadel.
Anggota Komisi VII DPR RI dari Dapil Papua Tony Wardoyo sependapat dengan Fadel Muhammad agar dalam kunjungan kerja ke Timika kali ini anggota dewan juga ingin mendapat penjelasan resmi dari pihak Freeport terkait kematian jutaan ekor ikan di sepanjang Sungai Yamaima hingga kawasan Cargo Dok Pelabuhan Amamapare beberapa waktu lalu.
"Kami sudah mendengar masalah itu, tapi kita perlu mendapat penjelasan secara utuh dari pihak Freeport. Kami juga ingin mendapat penjelasan dari Badan Lingkungan Hidup Pemprov Papua maupun Pemkab Mimika apakah sudah melakukan penelitian soal masalah itu, termasuk juga studi tentang Amdal dan lain sebagainya," ujar Tony Wardoyo dari Fraksi PDI-Perjuangan itu.
Sebelumnya Lembaga Musyawarah Adat Suku Kamoro (Lemasko) di Kabupaten Mimika, menuntut PT Freeport Indonesia segera mengumumkan hasil uji laboratorium terhadap sampel ikan-ikan yang mati di sepanjang kawasan pengendapan limbah tailing beberapa waktu lalu.
Wakil Ketua Lemasko Georgorius Okoare mengatakan sesuai hasil kesepakatan dengan pihak Freeport dan Pemkab Mimika pada 8 April lalu disebutkan bahwa hasil uji laboratorium terhadap sampel ikan yang mati akan dipublikasikan dalam waktu dua minggu.
"Sekarang sudah lewat dari dua minggu tapi hasil lab belum juga diumumkan. Kami minta Freeport bersama pemerintah daerah segera duduk bersama dengan masyarakat untuk mengklarifikasi soal kematian jutaan ekor ikan di Sungai Yamaima yang masuk area konsesi PT Freeport," kata Georgorius.
Georgorius mempertanyakan klaim sepihak PT Freeport yang menyatakan bahwa jutaan ekor ikan yang ditemukan mati di Sungai Yamaima hingga kawasan Cargo Dok Pelabuhan Amamapare tersebut akibat fenomena alam.
"Pak Sonny Prasetyo (Eksekutif Vise President PT Freeport Indonesia Bidang Sustainable Development) membantah kalau kematian jutaan ekor ikan itu tidak ada kaitannya dengan limbah beracun. Kami pertanyakan darimana beliau berkesimpulan seperti itu, apakah sudah ada hasil labnya. Kalau sudah ada, mengapa tidak dipublikasikan agar masyarakat tidak khawatir," ujar Georgorius.
Ia juga membantah klaim pihak Freeport bahwa jutaan ekor ikan yang mati tersebut hanya satu jenis ikan yaitu ikan sardin yang bermigrasi dari laut dalam ke perairan dangkal.
"Itu tidak benar, ada ikan-ikan lain juga ikut mati seperti ikan duri, ikan kakap, ikan gabus dan lainnya. Kejadian itu sudah berlangsung lebih dari satu minggu baru diketahui oleh publik setelah semua ikan mati dan busuk di sungai. Syukur kejadian tersebut bisa kami ketahui, kalau tidak maka mungkin masalah ini tidak pernah terungkap ke publik," kata Georgorius.
Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016