Ketika anak sudah memiliki kesempatan untuk bersekolah, masalahnya tidak selesai sampai di situ karena anak butuh dukungan yang layak agar niat, usaha, dan semangat meraih pendidikan setinggi mungkin.
"Sekolah dan les bagus memang merupakan salah satu bentuk sistem pendukung, tapi dukungan utama tetap kembali kepada kita, orang tuanya. Dan sudahkah kita melakukannya," tukas Asri di Gorontalo, Senin.
Menurutnya, orang tua sebaiknya tidak menyerahkan sepenuhnya urusan belajar mengajar kepada para guru sekolah dan guru les, serta tidak salah langkah dalam menghadapi tingkat keberhasilan anak di sekolah.
"Saat anak mendapat nilai baik atau buruk, apakah kita hanya bereaksi terhadap nilai buruknya dan tidak pernah menghargainya ketika mereka mendapat nilai baik? Atau ketika anak lupa mengerjakan tugas sekolah atau ketinggalan tugas sekolah, orang tua harusnya mengajarkan untuk bertanggung jawab terhadap bukan malah repot membantunya dan mengantarkan tugas ke sekolah agar ia tetap mendapat nilai bagus," ujarnya.
Ia juga menyarankan para orang tua untuk memberi kesempatan kepada anak dalam mengerjakan tugas sekolah yang menantang, meski hasilnya tidak sesempurna yang diharapkan.
Hal itu, lanjutnya, membantu anak dalam memahami dan menjalani sebuah proses alami dalam kehidupannya.
Ia menjelaskan hari ini diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, sebagai salah satu cara bangsa Indonesia menghargai usaha dan peran Ki Hajar Dewantara yang berjuang untuk memajukan pendidikan Indonesia.
"Salah satu kritik yang dulu beliau tujukan kepada Belanda adalah kenapa hanya keturunan Belanda dan orang kaya saja yang boleh mengenyam pendidikan di zaman dulu," tambahnya.
Asri menilai kondisi pendidikan bangsa ini tidak semiris dulu, karena semakin banyak kesempatan terbuka lebar untuk menimba ilmu.
"Semakin banyak juga anak-anak yang berhak menjadi cerdas. Orang tua jangan sampai lalai mendamping setiap proses mereka," imbuhnya.
Pewarta: Debby Mano
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016