Pemilik usaha tiwul instan di Dusun Kawista, Desa Adiwarno, Kecamatan Selomerto, Lilik Sri Rahayu, di Wonosobo, Senin, mengatakan pihaknya terus berusaha menambah kapasitas produksi karena permintaan terus meningkat.
"Saat ini kami baru bisa membuat sekitar 100 kilogram tiwul instan per minggu dan produksi itu jauh di bawah permintaan pasar yang mencapai tiga hingga empat kali lipat," katanya.
Dalam pemasaran produk, pihaknya mengemas dalam kantong plastik masing-masing 400 gram.
Menurut dia, kendala menambah kapasitas produksi, karena tidak memiliki peralatan pendukung yang memadai.
"Agar produksi bisa konstan dalam jumlah sesuai target, kami sangat membutuhkan alat pengering," katanya.
Ia mengatakan alat pengering memegang peran vital karena selama ini pihaknya hanya bergantung pada pengering alami dari panas matahari.
"Di musim hujan seperti ini jelas sangat sulit mengandalkan pengeringan secara alami mengingat curah hujan di Wonosobo cukup tinggi," katanya.
Ia menuturkan usaha yang telah dirintis sejak delapan tahun lalu itu memiliki "multiplier effect" cukup luas. Selain mempekerjakan karyawan, usaha tiwul instan tersebut tidak berdiri sendirian.
"Mulai dari bahan baku berupa singkong, kemudian pengolahan menjadi tepung mocaf dikerjakan oleh pihak lain. Ini demi terciptanya peluang kerja sama yang saling menguntungkan," katanya.
Selain itu, katanya, dalam pemasaran, pihaknya mempercayakan kepada orang lain.
"Dalam pemasaran, kami menggandeng Mbak Maizidah Salas, salah satu aktivis buruh migran dari Tracap Kaliwiro, karena jejaringya cukup luas," katanya.
Meskipun masih sebatas permintaan individual, katanya tiwul instan hasil olahannya telah sampai ke Australia, Hong Kong, Taiwan, dan Suriname.
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016