Magelang (ANTARA News) - Gelar seni budaya Magelang dalam "Gerebek Gethuk" diharapkan bisa menjadi salah satu kegiatan yang dapat menarik wisatawan di Kota Magelang, kata Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito.
"Supaya seni budaya di Magelang ini bisa lestari maka diwadahi dalam kegiatan Gerebek Gethuk agar menjadi destinasi wisata yang dapat mengenalkan Kota Magelang ke skala regional, nasional maupun internasional," katanya di Magelang, Minggu.
Ia mengatakan hal tersebut sebelum pelaksanaan Gerebek Gethuk di Alun-Alun Magelang yang diikuti seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan juga perwakilan dari masing-masing kelurahan di Kota Magelang.
Ia menuturkan gethuk ini filosofinya makanan dari ketela yang melambangkan rakyat. Gerebek Gethuk digelar setiap tahun pada Hari Jadi Kota Magelang yang tahun ini HUT ke 1.110.
Ia mengatakan keterlibatan masyarakat luar biasa, dari tahun ke tahun semakin ramai dan tahun ini juga melibatkan TNI dan kepolisian dalam meramaikan gelar seni budaya ini.
Ia mengharapkan masyarakatnya bertambah guyup, semangat, rukun dan kotanya bertambah bersih dan maju.
"Rakyatnya paling penting tambah sejahtera, apa artinya semua maju kalau rakyatnya tidak sejahtera," katanya.
Namun, katanya, kota Magelang masih banyak yang harus dibenahi dan tidak boleh berpuas diri.
Pada gelar Gerebek Gethuk tersebut, masing-masing dari 17 kelurahan di Kota Magelang membawa gunungan palawija diikuti perwakilan warga atau grup kesenian. Mereka masuk ke arena alun-alun sambil menari diiringi musik gamelan.
Setelah semua peserta dari 17 kelurahan memasuki alun-alun, dilakukan upacara dengan bahasa Jawa dengan inspektur upacara Wali Kota Magelang. Setelah upacara selesai diisi dengan pentas tari kolosal yang melibatkan seniman dan TNI.
Pada akhir acara dua gunungan gethuk yang dibuat dari 1.110 potong gethuk diusung ke tengah alun-alun dan wali kota memberikan aba-aba agar warga yang hadir di acara tersebut memperebutkannya. Bukan hanya gunungan gethuk, 17 gunungan palawija pun menjadi rebutan masyarakat.
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016