Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia tetap meminta kepada Amerika Serikat (AS) untuk memberikan akses langsung kepada salah satu aktor teroris Hambali alias Ridwan Isamuddin yang kini ditahan di penjara Guantanamo. "Kita telah memiliki pengalaman, penyelidikan atau wawancara dengan cara menitip kepaad pihak penyelidik AS, hasilnya kurang bernilai di pengadilan," kata Kepala Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Ansyaad Mbai, kepada ANTARA News di Jakarta, Selasa. Karena itu, pemerintah tetap akan mengupayakan jalur diplomasi untuk meminta akses langsung kepada Hambali guna mengungkap jaringan teroris internasional yang melakukan aksinya di Indonesia pada lima tahun silam. "Bagaimana pun proses dalam investigasi itu akan dituangkan dalam berkas acara yang akan dilimpahkan ke pengadilan, sehingga proses awal juga penting untuk dilakukan secara langsung kepada Hambali oleh tum penyidik dari Indonesia," ujarnya. Di Istana Kepresidenan, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar mengatakan, hingga kini pemerintah AS belum memberikan akses langsung bagi para penyidik dari Indonesia kepada Hambali. "Kami sebenarnya tidak mau menitipkan penyelidikan dan penyidikan kepada AS, tetapi hingga kini mereka belum mengizinkan. Mereka baru memberikan izin tidak langsung," katanya. Hambali, pria berusia 36 tahun, merupakan veteran perang Afghanistan melawan Uni Soviet, sekitar 1980. Hambali merupakan tokoh utama jaringan Al-Qaidah di Asia Tenggara, yang merencanakan serangan teroris paling ambisius terhadap Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya. Ketika para penyelidik lebih memfokuskan penyelidikannya di kawasan Eropa dan Afrika menyusul tragedi 11 September, para agen keamanan di Asia Tenggara menyatakan, percaya bahwa kawasan Asia Tenggara merupakan daerah persinggahan utama bagi pelaku yang terlibat dalam serangan atas World Trade Center (WTC) dan Pentagon. Para polisi Singapura, Malaysia dan Filiphina pun menyatakan mempunyai bukti-bukti yang mengarah kepada Hambali sebagai pelaku utama yang merencanakan berbagai aksi serangan teroris lainnya, seperti pemboman Kedutaan Besar AS dan kantor-kantor perdagangan dan instansi militer AS di Singapura. Tetapi para agen intelijen Asia mengatakan, Hambali dan Al-Qaidah juga sedang mengejar rencana jangka panjang yang jauh lebih ambisius, yaitu mendirikan negara Islam yang mencakup Indonesia, Malaysia dan kepulauan Muslim di sebelah Selatan Filiphina.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007