Jakarta (ANTARA News) - El Nino dan Dipole Mode yang membawa iklim kering bagi Indonesia tidak muncul lagi hingga akhir 2007, sehingga curah hujan diprediksi akan di atas normal atau lebih lebat, demikian BMG Pusat.
"Untuk tahun ini sampai Mei, kebetulan dua-duanya muncul, jadi bisa dibayangkan kalau El Nino dan Dipole Mode selanjutnya tidak lagi muncul sampai akhir tahun," kata Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Pusat, Sri Woro B. Harijono, di sela-sela Workshop Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), di Jakarta, Selasa.
Jika El Nino dan Dipole Mode positif pembawa cuaca kering tetapi membuat curah hujan yang tinggi pada awal 2007, maka tanpa El Nino dan Dipole Mode negatif, curah hujan akan menjadi lebih banyak lagi, ujarnya.
El Nino, urainya, merupakan fenomena global dari sistem interaksi laut dan atmosfer yang ditandai dengan memanasnya suhu muka laut di Pasifik Equator atau anomali suhu muka laut di daerah tersebut positif, sedangkan La Nina merupakan kebalikan dari El Nino.
Fenomena El Nino menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia akan berkurang, tingkat berkurangnya curah hujan ini sangat tergantung dari intensitas El Nino tersebut.
Oleh karena osisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino.
"Selain fenomena El Nino, La Nina di Ekuator Pasifik, iklim di Indonesia juga dipengaruhi kondisi suhu muka laut di Samudera Hindia, fenomena ini dikenal sebagai Dipole Mode," katanya.
Indeknya dihitung dari selisih anomali suhu muka laut di perairan timur Afrika dengan perairan sebelah barat Sumatera.
Jika nilai Dipole Mode Indek (DMI) negatif, maka berarti wilayah barat Indonesia curah hujannya meningkat. Jika nilai Dipole Mode Indek (DMI) positif, maka berarti wilayah barat Indonesia curah hujannya berkurang, katanya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007