New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia naik lagi pada Kamis (Jumat pagi WIB), mencapai tingkat tertinggi baru tahun ini.
Naik untuk hari ketiga berturut-turut, harga minyak mendapat dorongan dari melemahnya dolar AS setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga tidak berubah pada Rabu (27/4) dan mengisyaratkan tidak terburu-buru untuk menaikkan suku bunganya, kata para analis.
"Kami memiliki Fed yang berjalan relatif dovish, jadi kami punya sedikit pergerakan lebih rendah dalam dolar AS -- yang positif bagi komoditas-komoditas," kata Bart Melek dari TD Securities.
Pasar minyak sedang memantau berlalunya kelebihan pasokan global untuk saat ini "dan menawarkan beberapa kenaikan teknis," kata Melek. "Brent mungkin ingin bergerak menuju 50 dolar AS."
Di London, Brent North Sea untuk pengiriman Juni, patokan Eropa, naik 96 sen ke tingkat tertinggi sejak November menjadi menetap di 48,14 dolar AS per barel.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, naik 70 sen menjadi berakhir di 46,03 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
"Jika saya bisa mencari tahu mengapa harga minyak mentah begitu tinggi!" kata James Williams dari WTRG Economics.
Pada Kamis, dolar jatuh sekitar 3,0 persen terhadap mata uang Jepang setelah bank sentral Jepang (BoJ) mengecewakan pasar dengan tidak menawarkan stimulus tambahan untuk ekonomi yang sedang kesulitan.
"Yen Jepang sedang melakukan yang terbaik untuk mendukung harga minyak saat ini, karena yen telah menguat seperti sesuatu yang gila di tengah tidak adanya tindakan oleh bank sentral Jepang," kata Matt Smith dari ClipperData.
Dolar AS yang terdepresiasi terhadap mata uang lainnya, membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih murah dan lebih menarik bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.
BoJ pada Kamis memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneter saat ini, meskipun pasar mengharapkan pelonggaran tambahan, sementara menunda lagi tanggal target untuk mencapai tujuan inflasi dua persen.
Sementara itu, produksi minyak mentah AS turun untuk minggu ketujuh ke tingkat terendah sejak Oktober 2014, menurut sebuah laporan yang dirilis oleh Badan Informasi Energi AS pada Rabu.
Di sisi ekonomi AS, produk domestik bruto riil AS meningkat pada tingkat tahunan sebesar 0,5 persen di kuartal pertama 2016, lebih buruk dari perkiraan pedagang, menurut perkiraan "awal" yang dirilis oleh Departemen Perdagangan, Kamis, demikian seperti dikutip dari Xinhua dan AFP.
(Uu.A026)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016