Direktur Pusat Teknologi Elektronika BPPT Yudi Purwantoro di Jakarta, Kamis, mengatakan, enam ADS-B akan dipasang di Bandar Udara Wamena dan Bandar Udara Sentani, sesuai permintaan AirNav.
"Targetnya tahun ini juga kita pasang," katanya.
Saat ini, menurut dia, masih harus menunggu proses sertifikasi oleh Kementerian Perhubungan. "Regulasi sertifikasinya sedang digodok, kami sudah masukkan draf nya. Jika berhasil, AirNav akan menerapkan ADS-B di seluruh Bandar Udara di Papua".
ADS-B yang dikembangkan BPPT ini, menurut dia, berfungsi untuk memandu pesawat 29.000 feet yang selama ini masih menggunakan radar.
"Sasaran kita memang yang di bawah 29.000 feet. Jika butuh dana Rp60 triliun atau Rp70 triliun untuk beli satu radar, maka dengan teknologi dan antarikasa dikembangkan BPPT ini hanya butuh Rp5 miliar hingga Rp10 miliar".
Tidak hanya itu, ia mengatakan ADS-B yang BPPT kembangkan juga dibuat dengan sederhana berbentuk sebuah modul dalam satu kotak saja. Penyederhanaan memang dilakukan karena dirasa tidak perlu peralatan kompleks di sebuah bandar udara kecil.
Sebelumnya, ia mengatakan alat ini sudah diuji di Bandar Udara Ahmad Yani di Semarang dan Bandar Udara Husein Sastranegara di Bandung. "Di Ahmad Yani sudah sejak dua tahun, di Husein Sastranegara sudah enam bulan lalu."
ADS-B receiver yang dikembangkan ini, ia mengatakan mampu menangkap signal dari transponder yang dimiliki setiap pesawat sipil dalam radius 200 mil, sehingga setiap pergerakan pesawat akan terdeteksi.
"Teknologinya tidak terlalu rumit sebenarnya. Kita (melalui Air Traffic Controller/ATC mini berbasis sistem ADS-B di Gedung Teknologi 3 BPPT di Serpong) bisa memonitor dari Lampung sampai Cirebon pesawat yang terbang rendah, termasuk yang landing dan takeoff, termasuk juga data pesawat tersebut," ujar dia.
Dari hasil uji coba di Bandar Udara Internasional Ahmad Yani, menurut dia, petugas ATC mengaku terbantu dengan adanya ADS-B, karena sebelumnya mereka hanya dapat membayangkan posisi pesawat dan tidak mengetahui informasi jarak antar pesawat.
Alat yang awalnya dikembangkan atas permintaan PT Angkasa Pura dan telah diketahui Kementerian Perhubungan ini, ia mengatakan dapat memberikan gambaran tiga dimensi (3D) pergerakan pesawat, sehingga kenaikan atau perubahan ketinggian, lokasi pesawat terpantau, begitu pula identitas pesawat.
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016