"Jangan identikkan Mayday dengan demo atau unjuk rasa semata. Perayaan Mayday juga dapat dilakukan dengan bakti sosial, donor darah, pembagian sembako, dialog, olahraga atau panggung hiburan," katanya ketika menggelar jumpa pers di Jakarta, Kamis malam.
Dengan slogan "Mayday is Holiday" atau Hari Buruh adalah Hari Libur, Menaker berharap aksi buruh untuk memperingati Mayday nantinya bersifat positif, penuh kegembiraan dan bertujuan menggalang kebersamaan.
Hanif mengimbau kepada para buruh yang akan melakukan unjuk rasa untuk dapat tertib dan tidak anarkis.
"Kita ingin mengubah persepsi dan paradigma masyarakat terhadap Mayday yang mendapat stigma negatif karena diidentikkan dengan demo yang tidak tertib, menyebabkan kemacetan bahkan anarkis," ujar Menaker.
Apalagi perayan Mayday kali ini bertepatan pada hari Minggu sehingga Hanif berharap agar masyarakat dapat menerima perayaan hari solidaritas buruh tersebut dengn baik karena tidak menyebabkan kemacetan yang mengganggu orang bekerja.
Dalam peringatan Hari Buruh, Menaker kembali menyampaikan bahwa pemerintah mendorong terciptanya budaya negosiasi dan dialog sosial antara pekerja dan pengusaha dalam rangka mewujudkan hubungan industrial yang harmonis di perusahaan.
"Proses negosiasi dan dialog sosial di perusahaan mampu meningkatkan kesejahteraan dan mempercepat penyelesaian perselisihan industrial," ujarnya.
Sementara itu, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menyatakan akan tetap menggelar aksi "long march" dari Istana Negara menuju Stadion Gelora Bung Karno pada Minggu.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya telah mengimbau agar serikat pekerja tidak menggelar "long march" tersebut karena berbenturan dengan pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day) yang berlangsung tiap hari Minggu di Jalan Thamrin dan Jalan Sudirman yang akan dilalui peserta "long march".
Pewarta: Arie Novarina
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016