Mereka mengaku tidak mengetahui bahwa tanah tersebut berada di wilayah militer. Saat ini perwakilan dari PT Wika atas nama Gema Revolta sudah hadir dan mengakui bahwa mereka merupakan pekerja asing dari PT GCM mitra mereka."Jakarta (ANTARA News) - PT Kereta Cepat Indonesia China membantah adanya kontrak dengan lima pekerja asal Tiongkok dan dua asal Indonesia yang menyusup di wilayah Bandara Halim Perdanakusuma yang ditangkap oleh TNI AU pada Selasa (26/4) lalu.
Direktur Utama KCIC Hanggoro Budi Wiryawan saat dihubungi di Jakarta, Rabu, mengaku pihaknya tidak memiliki kontrak dengan Geo Central Mining (GMC) yang menaungi tujuh pekerja ilegal tersebut di wilayah Halim Perdanakusuma untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
"Mereka enggak ada kontrak di Halim dengan kita, tahu-tahu dia menyelonong masuk, kita enggak tahu," katanya.
Hanggoro mengungkapkan pihaknya menjalin kerja sama dengan GMC untuk proyek KCIC, tetapi di wilayah lain, yaitu di Karawang dan Cikampek, Jawa Barat.
"GCM itu ada kontrak dengan kita, tapi di tempat lain, kalau untuk kepentingan kereta cepat harusnya ada izin dari kita," katanya.
Dia bersikeras tidak mengtahui tujuh pekerja ilegal tersebut yang diduga mengenakan seragam tentara gurun.
"Saya enggak tahu itu siapa, kalau tahu juga kita tidak berikan izin, kita larang apalagi ke wilayah TNI AU, GCM itu liar," katanya.
Hanggoro menegaskan pihaknya menghormati aturan-aturan, terutama di wilayah militer.
"Pokoknya, sebelum ada izin, kita enggak boleh masuk ke sana untuk apapun, untuk survei, untuk apapun enggak boleh," katanya.
Dia mengatakan pihaknya telah menemui Kepala Dinas Penerangan TNI AU pada minggu lalu untuk membahas wilayah proyek KCIC.
"Saya sampaikan ini untuk mediasi dulu, selama itu saya tidak akan minta izin untuk masuk, supaya tidak sensitif nanti," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Wijaya Karya Suradi Wongso selaku kontraktor proyek kereta cepat Jakarta-Bandung membantah bahwa tujuh pekerja Tiongkok dan dua pekerja WNI tersebut adalah pegawainya.
"Bukan pegawai WIKA, kita juga enggak ada kerja sama dengan GMC," katanya.
Kepala Dinas Penerangan TNI Au Wiko Sofyan menjelaskan padaRabu (26/4) pukul 09.45 WIB diterima laporan dari patroli Kamhanlan Lanud Halim Perdanakusuma bahwa ditemukan tujuh orang tak dikenal (OTK) yang sedang melakukan kegiatan tak dikenal di dalam wilayah Lanud Halim P di KM 3.200 Tol Jakarta - Cikampek.
Sofyan menyebutkan pada pukul 10.00 WIB, tujuh OTK dibawa ke staf Intel Lanud Halim Perdanakusuma tiba di lokasi dan diketahui dua WNI dan lima WNA Tiongkok, di antaranya Guo Lin Zhong, Zhu Huafeng, Wang Jun, Cheng Qian Wu, Xie Wu Ming, Ikhfan Kusnadi, (WNI, penerjemah) dan Yohanes Adi (WNI, supir)
"Saat ditemukan yang bersangkutan sedang melakukan pengeboran tanah dengan tujuan pengambilan sampel tanah," katanya.
Dia menambahkan turut diamankan seperangkat alat bor tanah, genset, sejumlah pipa paralon dan logam serta sampel tanah dari kedalaman 0 meter hingga 55 meter.
"Selanjutnya mereka diamankan di Intel Halim dan diketahui bahwa orang tersebut bekerja untuk PT Geo Central Mining (GCM) yang merupakan mitra PT Wijaya Karya yang akan mengerjakan proyek KCIC," katanya.
Dia menuturkan lima WNA tidak ada yang membawa paspor dan tidak memiliki SC (security clearance).
"Mereka mengaku tidak mengetahui bahwa tanah tersebut berada di wilayah militer. Saat ini perwakilan dari PT Wika atas nama Gema Revolta sudah hadir dan mengakui bahwa mereka merupakan pekerja asing dari PT GCM mitra mereka," katanya.
Dia menambahkan pihak imigrasi sudah hadir diketuai pihak Pengawasan Imigrasi Jakarta Timur Waluyo serta untuk membawa lima WNA akan dibawa ke kantor imigrasi untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016