AADC itu dialognya kuat, ada yang saya tonton silent karena saya tidak mau dipengaruhi kata-kata saat menulis puisi
Jakarta (ANTARA News) - Aan Mansyur, sastrawan asal Makassar, adalah penyair di balik puisi-puisi Rangga dalam film "Ada Apa Dengan Cinta 2".
Sebanyak 31 puisi dibuat khusus untuk karakter Rangga, diperankan Nicholas Saputra, lalu dikumpulkan dalam buku "Tidak Ada New York Hari Ini".
Keterlibatan Aan Mansyur dalam AADC 2 berawal dari "lamaran" Mira Lesmana yang mengajaknya bergabung untuk membuatkan puisi-puisi Rangga.
"Rasanya kaget, bahagia, tapi khawatir juga takut," tutur Aan mengenai perasaannya yang campur aduk.
Puisi adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dalam film "Ada Apa Dengan Cinta" yang kini menjadi salah satu ikon budaya populer di Indonesia.
"Ada hal besar yang dilimpahkan ke saya. Ini tantangan besar tapi faktor yang membuat saya menerimanya," jelas Aan di sela peluncuran novel AADC beberapa waktu lalu.
Lagipula film yang melambungkan nama Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra itu memberikan suntikan percaya diri pada Aan yang gemar berpuisi. Ketika SMA, Aan mengenang reaksi temannya yang bosan melihat ia hanya menulis puisi di kelas.
"Dia ambil itu dari meja dan dihamburkan ke depan saya sambil bilang 'makan itu puisi'," kata penulis "Kukila" dan "Melihat Api Bekerja". "(AADC) Sangat besar pengaruhnya ke anak muda, sampai membuat saya percaya diri, tidak salah saya berpuisi," imbuh dia.
Aan dan Rangga
Aan merasa ada kemiripan karakter dengan Rangga. Dia menghabiskan masa SMA di dalam perpustakaan. Interaksi dengan cinta monyet pun dilakukan di sana.
"Saya surat-suratan sama pacar di depan perpustakaan dan ketemu juga di sana," tuturnya.
AADC hadir ketika Aan duduk di bangku kuliah. Sosok pria puitis yang awalnya dipandang sebelah mata berubah jadi keren berkat karakter Rangga.
"Pas datang Rangga (dalam AADC), ternyata saya lebih dulu dari Rangga," seloroh Aan.
Dalam film, kedekatan hubungan Rangga dan ayahnya membuat Aan berurai air mata.
"Saya tidak punya bapak dari kecil," katanya. Maka, ayah menjadi salah satu tema yang ditulisnya dalam puisi "Tidak Ada New York Hari Ini".
Menurut Aan, kedekatan anak dan orangtua patut digarisbawahi, terlebih saat anak sudah beranjak dewasa.
"Saya membayangkan banyak anak yang tidak punya hubungan sama bapak secara perasaan," kata Aan yang paling terkesan dengan adegan jendela pecah di film AADC.
AADC juga berhubungan dengan pengalaman romantis antara Aan dan perempuan yang disukainya. Dia ingin menyatakan cinta lewat puisi. Ketika itu, Aan berpura-pura meminjam pulpen dari perempuan pujaannya.
"Saya bawa pulang, besoknya saya kembalikan (pulpen) dengan empat puisi," kata Aan.
Dia juga mengajak perempuan itu untuk menonton AADC bersama sebagai bentuk jawaban. Bila perempuan itu bersedia menjadi pacarnya, ajakan nonton bersama akan diterima. "Kita nonton beberapa kali setelahnya," ucap Aan.
Proses kreatif Aan berkali-kali menonton "Ada Apa Dengan Cinta" untuk menemukan hal-hal yang selama ini luput dari matanya. Dia pernah menonton AADC tanpa menyalakan volume suara untuk mengamati gerakan-gerakan dan warna yang terlihat dalam setiap adegan.
"AADC itu dialognya kuat, ada yang saya tonton silent karena saya tidak mau dipengaruhi kata-kata saat menulis puisi," jelas Aan yang juga melakukan riset tentang New York lewat buku-buku.
Proses riset berlangsung selama tiga bulan, disusul dengan penulisan yang juga memakan waktu serupa. Aan menjelaskan "Tidak Ada New York Hari Ini" menceritakan hati dan fisik manusia yang terbelah, sama seperti yang dirasakan Rangga di negeri nun jauh di sana yang digambarkan dalam AADC 2.
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016