Tasikmalaya (ANTARA News) - Sesepuh Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST), Acep Zamzam Noor, mengatakakan bahwa sastrawan dari daerahnya lebih memilih merantau, meninggalkan Tasikmalaya, Jawa Barat (Jabar), dan mengembangkan dirinya di daerah lain.
"Seniman berbakat banyak yang terlahir di Tasikmalaya ini, tapi belakangan mereka lebih memilih keluar dari Tasikmalaya dengan berbagai tujuan. Mulai sekolah, bekerja, dan sebagainya, tetapi di luar sana mereka lebih berupaya untuk mengembangkan potensi dirinya dalam bidang seni. Tapi untungnya komunikasi kita tidak pernah terputus," kata Acep kepada wartawan di Tasikmalaya, Minggu.
Akibat dari proses itu, akhirnya seniman Tasikmalaya harus kehilangan generasi yang berharga yang ujungnya harus kembali memulai regenerasi. Salah satu upaya untuk tetap mengeksiskan seniman di Tasikmalaya adalah menggelar berbagai kegiatan, seperti pembacaan puisi dan pertunjukan teater yang ternyata cukup diapresiasi.
Hal lain yang masih mendukung eksisnya para seniman di Tasikmalaya, kata Acep, para pencipta dan pembaca serta penikmat seni sastra dan seni lainnya di Tasikmalaya ini tidak pernah surut.
SST sendiri lebih berkonsentrasi kepada penulisan dan untuk pembacaannya sendiri diserahkan kepada sekolah-sekolah yang menjalin hubungan dengan SST. "Alhamdulillah apresiasi dari anak-anak sekolah terhadap bidang seni ini ternyata cukup baik," tuturnya.
Acep menambahkan, dalam pembuatan sebuah puisi yang harus diperhatikan adalah bahasa sebagai bahan bakunya. Selain itu, juga intuisi, hingga metafora dari seorang penulis yang menuangkan unsur pikiran dan kejiwaannya.
"Dalam fungsinya, puisi bisa menjadi sebuah kritik sosial, politik, hingga pengungkapan bahasa cinta. Banyak puisi yang kita buat ternyata membuat orang yang membacanya merasa terwakili," ujarnya.
Ketua Pelaksana Lomba Baca Puisi SST se-Jawa Barat, Saeful Badar, menuturkan, sebanyak 200 peserta yang mendaftar dari berbagai disiplin ilmu termasuk kalangan pelajar, guru, dan bahkan seorang kepala kelurahan.
"Tema yang kita ambil adalah `Membaca Tradisi Mengkaji Puisi Mencerahkan Hati`. Sedangkan kriteria penilaian yang diterapkan, yakni vokal, penghayatan, dan penampilannya setiap peserta," katanya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007