Tbilisi (ANTARA News)- Georgia, Senin mengatakan tiga helikopter Rusia menyerang satu ngarai kecil yang disengketakan yang berada di wilayah Georgia di daerah Abkhazia, satu insiden yang kemungkinan akan meningkatkan ketegangan antara Moskow dan Tbilisi. Angkatan udara Rusia membantah berita itu, demikian laoran Reuters. Kelompok separatis yang didukung Moskow menguasai sebagian besar daerah Abkhazia , yang memisahkan diri dari Georgia dalam satu perang tahun 1990-an , tapi pemerintah mereka tidak diakui internasional. Lembah Kodori telah menjadi pusat ketegangan. Bagian hulunya diduduki pasukan keamanan Georgia dan satu pemerintah pro Georgia sementara bagian hilirnya dikuasai kelompok separatis Abkhazia. Helikopter-helikopter Rusia Ahad petang menembaki ngarai Kodori hulu , perbatasan defakto antara Abkhazia dan Georgia, kata Shota Khizanishvili, kepala staf di kementerian dalam negeri Georgia kepada Reuters. "Tiga helikopter membom ngarai itu selama setengah jam. Pesawat-pesawat-pesawat itu adalah helikopter-helikopter Rusia. Tidak ada korban , tapi beberapa gedung sebagian hancur," kata Khizanishvili. Angkatan udara Rusia menyebut pengumuman Georgia itu satu "aksi provokatif", kata kantor berita RIA. Satu sumber di pemerintahan yang pro Tbilisi di lembah itu mengatakan dua desa juga diserang roket dari Abkhazia. Dua tindakan ini dilakukan pada waktu yang sama. Kami menangani dengan satu tindakan terkoordinasi dari Rusia dan separatis Abkhazia, tidak ada cara lain untuk menjelaskan bagiamana tindakan-tindakan ini bisa terjadi secara serentak," kata sumber itu. Para pejabat separatis Abkhazia mengatakan mereka tidak memiliki informasi tentang insiden itu. Angkatan darat dan udara Georgia disiagakan setelah serangan itu, kata Deputi Menteri Pertahanan Levan Nikolerishvili. Sebuah helikopter Georgia jatuh, menewaskan tentara-tentara. Presiden Georgia Mikhail Saskashvili akan segera pulang dari Kazakhstan , di mana ia singgah setelah melakukan kunjungan resmi ke Jepang , kata bagian persnya. Hubungan antara Tbilisi dan Moskow sangat tegang akibat pertikaian mata-mata, sengketa dagang dan ambisi para pemimpin Georgia untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007