Tidak jarang, serah terima barang di tengah laut lalu dibawa ke Sumut."
Medan (ANTARA News) - Kepolisian Daerah Sumatera Utara mencatat, berbagai jenis narkoba yang beredar di daerah itu mayoritas berasal dari Malaysia.
Dalam dialog yang diselenggarakan salah satu stasiun radio di Medan, Senin, Direktur Reserse Narkoba Polda Sumut Kombes Reynhard SP Silitonga mengatakan, narkoba itu dimasukkan melalui "pelabuhan tikus" yang cukup banyak di daerah tersebut.
Apalagi mayoritas pesisir pantai timur Sumut berhadapan langsung dengan Selat Malaka yang juga berbatasan dengan Malaysia.
Namun disebabkan pinggir pantai di Sumut sangat panjang, banyak pelabuhan tikus yang dijadikan pintu masuk narkoba tersebut sulit dipantau.
Dengan menggunakan speed boat atau kapal cepat, sindikat narkoba tersebut dapat dibawa barang terlarang itu ke perairan Sumut selama delapan jam.
Namun tidak jarang anggota sindikat pengedar narkoba tersebut menjemput barang terlarang itu di tengah laut dengan jarak tempuh sekitar empat jam.
"Tidak jarang, serah terima barang di tengah laut lalu dibawa ke Sumut," katanya.
Namun, kata dia, narkoba yang dimasukkan ke Sumut tersebut bukan diproduksi di Malaysia, melainkan dari Guangzhou, Tiongkok dan Kamboja.
Disebabkan proses memasukkannya ke Indonesia relatif sulit, narkoba tersebut dibawa dulu ke Malaysia yang secara geografis berhadapan langsung dengan Indonesia, terutama Sumut.
Meski demikian, ada juga yang langsung dikirim dari Tiongkok dengan menggunakan ekspedisi yang disamarkan seperti pompa air.
Pihaknya memperkirakan pemasokan narkoba ke Tanah Air tersebut merupakan salah upaya untuk melemahkan bangsa Indonesia agar lebih mudah dikuasai.
Ia menceritakan sejarah Tiongkok pada puluhan tahun lalu yang sangat kuat dan mampu menguasai ekonomi dunia.
Namun pada tahun 1940, terjadi "perang candu" melalui pemasokan narkoba ke Tiongkok dan mengajarkan warga di negara itu untuk mengolah candu.
Dengan ketergantungan dan kecanduan terhadap narkoba, akhirnya Eropa berhasil mengalahkan China karena masyarakatnya sudah akrab dengan candu.
"Jadi, bahaya narkoba ini masif sekali," ujar Reynhard.
Pewarta: Irwan Arfa
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016