"Sebagian besar banjir yang merendam wilayah di Jawa Barat kemarin telah surut. Banjir menyisakan lumpur dan kerugian ekonomi mencapai miliaran rupiah," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu.
Dia menjelaskan, banjir bukan hanya di tengah sungai, tetapi juga di bagian hilir sungai.
"Selain luapan sungai dan tanggulnya jebol di bagian tengah daerah aliran sungai, banjir juga disebabkan adanya pasang air laut di bagian hilir sehingga banjir merendam ribuan rumah," katanya.
Dia merinci, di Kabupaten Karawang banjir terjadi pada Kamis (21/4) pukul 08.45 WIB. Total warga yang terdampak 438 KK atau 1.053 jiwa di empat kecamatan yaitu Kecamatan Telukjambe Barat, Tanjung Mekar, Karawang Kulon dan Tanjungpura.
Sementara itu, banjir di Kota Bekasi merendam beberapa kompleks perumahan yang padat penduduk sejak Kamis (21/4) pukul 05.30 WIB.
Komplek perumahan yang terdampak meliputi Kompleks IKIP, Kompleks Mustika, Perumahan Lotus Chandra dan Kompleks Perum Pondok Gede Permai.
"Banjir juga meredam Desa Bojongkulur, Jatisari dan Tarikolot di Kecamatan Cileungsi, Gunung Putri dan Citeureup di Kabupaten Bogor pada Kamis 21 April 06.30 WIB," katanya.
Penyebab banjir di Kabupaten Bogor, kata dia, disebabkan hujan deras selama lebih dari empat jam sehingga Sungai Cikeas meluap sehingga Desa Bojongkulur banjir. Tinggi banjir sekitar 40 hingga 150 centimeter.
Sementara itu, dia juga menambahkan, dataran banjir di sepanjang Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi telah berkembang menjadi permukiman padat.
"Pertemuan kedua sungai tersebut menyatu dan dikenal sebagai Sungai Bekasi dimana lahan dataran banjir telah berkembang jadi permukiman. Kondisi tanggul di sepanjang sungai tersebut masih perlu diperkuat. Sistem peringatan dini banjir juga perlu diperkuat sehingga dapat memberikan informasi yang cepat kepada masyarakat," katanya.
Dia juga menambahkan, berulangnya banjir di wilayah tersebut mengingatkan pentingnya mitigasi bencana, baik struktural maupun non struktural. Masyarakat harus selalu disiapkan menghadapi bencana banjir.
"Ke depan, ancaman banjir akan makin meningkat akibat meningkatnya kerentanan, dampak perubahan iklim global, makin kritisnya daerah aliran sungai dan faktor lainnya," katanya.
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016