Surabaya (ANTARA News) - Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur mencatat 252 kasus begal di Jatim selama kurun Januari-April 2016.
"Jadi, satu bulan bisa terjadi 60-70 kasus begal," kata Kasubbid Penmas Bidhumas Polda Jatim AKBP Eko Hengky Prayitno di Surabaya, Sabtu.
Menurut dia, semua wilayah rawan tapi wilayah paling rawan dari 38 kabupaten/kota se-Jatim adalah Surabaya, Malang, dan Pasuruan.
"Karena itu, pimpinan (Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Setiadji) memberi atensi dengan memerintahkan peningkatan patroli," katanya.
Ditanya tentang lokasi dan waktu paling rawan, ia mengatakan hal itu sulit diprediksi, karena pelaku begal selalu mencari kelengahan aparat.
"Patroli sudah dilaksanakan secara rutin, tapi mereka selalu mencari kelengahan kita, karena itu pimpinan memerintahkan patroli ditingkatkan," ujarnya.
Terkait waktu, ia mengatakan jalan yang sepi sering jadi sasaran, namun pelaku juga sering memanfaatkan situasi kemacetan yang ramai.
"Yang pasti pelaku membawa senjata tajam, karena itu petugas di lapangan juga selalu siaga, bila melawan akan dilumpuhkan," katanya.
Mengenai penyebab meningkatnya kasus begal (pencurian dengan kekerasan), ia menyebut faktor ekonomi sebagai penyebab utama.
"Itu dampak dari pertumbuhan ekonomi yang stagnan dan banyaknya PHK (pemutusan hubungan kerja), sehingga masyarakat mudah mengambil jalan pintas. Mereka tidak kuat mental (karakter)," katanya.
Di Surabaya, misalnya, optimalisasi patroli yang dilakukan Polsek Tegalsari mampu menggagalkan aksi kawanan perampasan di Jl Darmo pada Jumat (22/4) dini hari.
"Satu pelaku percobaan perampasan motor di Jalan Darmo Surabaya yaitu YS (23), warga Omben, Sampang, telah ditangkap," kata Kapolsek Tegalsari, Kompol Irawan Wicaksono.
Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016