Bandung (ANTARA News) - Sebanyak 38 pendekar shaolin dari pegunungan Songhsan Provinsi Heinan Tiongkok akan menampilkan kepiawaiannya di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB, Minggu (24/4).
"Penampian berjuluk Soul if Shaolin itu untuk kembali mengenalkan seni bela diri ini sekaligus mengobati kerinduan masyarakat Indonesia penggemar seni bela diri Shaolin," kata Direktur Stage Jacks Production Xui wei Jun di Bandung, Jumat.
Sebelumnya kelompok Soul of Shaolin sudah menggemparkan Istora Senayan dan sudah ditonton lebih dari 30.000 orang pada 13-17 April 2016. Seni bela diri Shaolin adalah salah satu contoh peradaban Tiongkok yang sudah melegenda ratusan tahun silam dan sudah menjadi bagian budaya global.
"Tidak terkecuali, masyarakat Indonesia pun menggemari sena bela diri tersebut," katanya.
Pertunjukan yang disajikan dalam bentuk drama theatrical berdurasi 90 menit tersebut menampilkan puluhan jurus spektakuler dengan gerakan yang berbahaya, menegangkan, gerakan sedih tapi juga disertai gerakan kocak yang mengundang gelak tawa penonton, tanpa trik dan tanpa rekayasa.
"Semua adegan dirangkai dalam dramatisasi dengan cerita yang mengalir begitu menyentuh jiwa," katanya.
Pertunjukan ini akan bercerita tentang perjalananan seorang pendekar Shaolin yang dititipkan ibunya dari bayi hingga dewasa dan diasuh serta dibesarkan dalam kuil Shaolin itu merupakan tontonan yang menghibur dan mendidik Sehingga menjadi tontotan yang layak bagi semua golongan umur.
Reputasi Soul of Shaolin sudah diakui keberadaannya di panggung theatre internasional bahkan sudah manggung di Theatre Marquis Broadway, Amerika Serikat selama tiga tahun dan sudah tampil di lebih 600 kali pertunjukan di seluruh dunia. Soul of Shaolin juga mendapat penghargaan di acara 63 th Tony Award dan 54 th Drama Desk Award.
Soul of Shaolin akan menjadi tontotan yang sangat mendidik bagaimana menjadi seorang anak yang tangguh tidak gampang menyerah, teguh, kerja keras dan percaya diri. Soul of Shaolin juga akan mengajarkan bagaimana mereka digembleng berlatih ratusan bahkan ribuan jam dalam keheningan, dalam keseriusan tanpa ada yang menonton.
Pewarta: Syarif Abdullah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016