Peledakan bom itu terjadi pada Rabu sekitar pukul 08.00 waktu setempat (14.00 WIB) di kota Banki di negara bagian Borno, yang dekat dengan perbatasan Kamerun, lapor Reuters.
Serangan pada bulan Februari lalu di bagian dalam tempat pengungsian, juga di Borno, menewaskan 60 orang.
Keterangan mengenai serangan pada Rabu itu terlambat karena Banki adalah daerah terpencil dan secara luas terputus dari jaringan telepon selular.
Negara bagian Borno, yang menjadi wilayah Boko Haram, memberontak sejak tujuh tahun lalu.
Kelompok garis keras itu menginginkan negara tersebut menerapkan hukum syariah yang sangat ketat.
"Dua perempuan pelaku bom bunuh diri yang awalnya dianggap sebagai pengungsi meledakkan diri di kamp itu," kata Khalid Aji, anggota kelompok keamanan masyarakat akar rumput yang berbasis di Konduga, Distrik Borno, hampir 100 kilometer dari Banki.
"Bom pertama terjadi sekitar pukul 08.00 dan berikutnya yang kedua beberapa menit kemudian. Delapan orang tewas dan 12 lainnya terluka," katanya menambahkan.
Aji menyatakan bahwa beberapa anggota organisasi partainya di Banki yang membantu evakuasi para korban memberikan keterangan tentang serangan tersebut.
Tidak ada pihak menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Pejabat tinggi Badan Bea Cukai Nigeria, yang meminta namanya tidak ditulis, juga mengatakan bahwa delapan orang tewas, namun jumlah korban luka sebanyak 15 orang.
Banki, yang berada sekitar 120 kilometer dari Maiduguri, ibu kota negara bagian Borno, direbut oleh pasukan Boko Haram pada 2013, namun pasukan Nigeria mengusir kelompok garis keras tersebut dari kota itu awal tahun lalu.
Boko Haram pernah menguasai wilayah seukuran Belgia di timur laut Nigeria, namun pada awal 2014 diusir oleh pasukan Nigeria yang mendapat bantuan dari para tentara sejumlah negara tetangga.
Pejuang kelompok garis keras telah meningkatkan serangan di seluruh wilayah perbatasan dan melakukan serangkaian bom bunuh diri di pasar-pasar, terminal bus, dan sejumlah tempat ibadah.
(Uu.M038/B002)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016