Jakarta (ANTARA News) - Indonesia termasuk kategori negara yang mengalami gejala memiliki banyak bank atau "overbank" tetapi "under service", sehingga agenda konsolidasi semakin mendesak untuk dilakukan. "Jumlah bank kita mencapai 130 bank, bisa dikatakan masih terlalu banyak. Sementara dilihat dari kapasitas maupun kapabilitas pelayanan bank-bank tersebut sangat rendah," kata Chairman Financial Intelegence, Elvyn G. Masassya, di Jakarta, Senin. Menurut dia, hal itu dapat dilihat dari jumlah jaringan cabang, jaringan ATM, dan layanan internet banking yang hanya didominasi oleh bank-bank papan atas. Ia mengatakan market share top-10 perbankan nasional telah mencapai hampir 75 persen di sisi aset dan sekitar 60 persen dari sisi pinjaman dan deposit. Meskipun demikian, bila dibandingkan dengan kawasan regional, konsentrasi dari top-5 bank di Indonesia masih sangat kecil. "Dengan kata lain agenda konsolidasi sudah semakin mendesak untuk dilakukan, apalagi pada iklim AFTA dewasa ini," kata Elvyn. Hal itu tercermin dari ranking bank terbesar di Indonesia (Mandiri) yang baru masuk pada peringkat di atas 200-an untuk kawasan Asia Pasifik. Ia mengatakan konsolidasi perbankan akhir-akhir ini menjadi trend global yang terus berlangsung sejak satu dekade lalu. Elvyn mengutip pernyataan James Attali, mantan Gubernur Bank Uni Eropa", yang menyebutkan 20 hingga 30 tahun ke depan hanya akan terdapat empat sampai lima bank di seluruh dunia dan ratusan perusahaan yang merupakan pendukung dan provider dari bank-bank tersebut. "Dengan kata lain semakin sedikit jumlah bank dalam suatu industri," katanya. Ia mencontohkan Singapura, Swedia, dan Belanda hanya memiliki top-5 bank dalam industrinya yang telah menguasai lebih dari 75 persen pangsa pasar di negara-negara itu secara keseluruhan. Dampaknya, dari sisi aset, kapasitas modal, dan bank-bank di negara tersebut menjadi sangat besar, kata Elvyn. Konsolidasi perbankan akan berpotensi menciptakan struktur industri dengan bank yang lebih besar dengan jumlah yang lebih sedikit. "Dengan begitu akan tercipta bank yang lebih besar dengan modal dan kepemilikan kuat, jaringan luas, dan skala ekonomi tinggi sehingga terwujud bank yang lebih efisien," katanya. Demikian halnya dari sudut kemampuan investasi, ekspertise, dan penerapan global best practice. Konsumen pun akan diuntungkan melalui kelengkapan dan variasi produk yang lebih banyak, jaringan luas, efisien, dan aman. "Pengawasan juga menjadi kian efektif dan efisien dengan tingkat persaingan yang sehat," demikian Elvyn G. Masassya. (*)

Copyright © ANTARA 2007