Jayapura (ANTARA News) - Perang antarsuku yang terjadi di Kabupaten Paniai, Papua, sejak Rabu (21/3) telah menewaskan sembilan orang dan 154 orang lainnya luka-luka termasuk satu anggota Polsek Sugapa. Waka Polda Papua, Brigjen Pol Max D Aer kepada ANTARA, di Jayapura, Senin, mengatakan, perang antarsuku itu berawal dari meninggalnya seorang guru bermarga Sani yakni Hendrikus Sani (26) pada 26 Desember 2006, yang oleh keluarga almarhum diduga dilakukan marga Kobagau . Polres Paniai mendapat laporan bahwa dugaan itu muncul setelah keluarga korban melakukan ritual adat yang diyakini mampu mengungkap bahwa yang menghabisi nyawa Hendrikus adalah Urubeka Kogoya yang merupakan istri dari Stevanus Kogoya. Dikatakannya, setelah mengetahui pelaku dari marga Kogoya, terungkap, keluarga korban kemudian menuntut denda "ganti kepala" namun keluarga kogoya tidak mau memenuhi permintaan tersebut sehingga terjadilah perang pada 21 Januari 2007. Pada 8 Februari lalu, pihak Polsek Sugapa dibantu Polres Paniai bersama pemuka agama dan pemda setempat mendamaikan kedua kelompok suku yang bertikai itu, namun pada 26 Februari pecah lagi perang antarsuku.. "Bahkan pada 3 Maret 2007 seorang anggota Polsek Sugapa, Bripda Yafed Turembi terkena panah dari suku bermarga Sani hingga harus dievakuasi ke Nabire," kata Brigjen Pol Max D Aer. Kesembilan korban yang meninggal itu terdiri dari marga Sani yakni Hendrikus Sani (30), Yan Sani (35) Rafael Sani (35) dan Niko Sani (50), sedangkan dari pihak marga Kobagau lima orang tewas masing masing Alfons Kobagau (36 th) Herman K(11), Enos Jegeseni (28) Boka K (38) Daniel K (40). Ditambahkannya, saat ini situasi di kawasan itu sudah mulai kondusif namun kemungkinan muncul kembali perang antar suku dapat saja terjadi karena salah satu pihak belum merasa puas. Namun pihak kepolisian bersama tokoh agama, tokoh masyarakat dan pemda setempat terus berupaya mendamaikan kedua kelompok yang bertikai itu, demikian Waka Polda Papua, Brigjen Pol Max D Aer.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007