Jakarta (ANTARA News) - PT Bank Negara Indonesia Tbk mengincar pendapatan berbasis komisi (fee based income) pada 2016 dapat tumbuh lebih dari 30 persen, mengingat pendapatan bunga bersih diperkirakan akan turun karena orientasi bunga kredit satu digit.

"Kami akan serius genjot fee based, karena marjin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) akan turun," kata Wakil Direktur Utama BNI, Suprajarto, di Jakarta, Selasa.

Oleh karena itu, bank plat merah itu mengincar kenaikan pendapatan komisi dari berbagai andalan jasa perseoran seperti perbankan elektronik (e-banking), perbankan secara daring (internet banking), bisnis kartu, pembiayaan perdagangan (trade finance) dan sumber-sumber komisi lainnya.

Namun, ketika disinggung apakah emiten berkode BBNI itu akan menaikkan tarif jasa untuk menaikkan komisinya, Suprajarto masih enggan membeberkan.

Hingga akhir Maret 2016, BNI mencatat pendapatan non bunga tumbuh 16 persen menjadi Rp2,21 triliun dibandingkan Rp1,90 triliun per Maret 2015. Pertumbuhan tersebut ditopang komisi dari pembiayaan perdagangan, pengelolaan rekening, bisnis kartu dan transaksi ATM.

Sedangkan pendapatan bunga BNI sendiri tumbuh 13,3 persen menjadi Rp6,91 triliun dari periode sama di 2015 sebesar Rp6,09 triliun.

Pendapatan bunga bersih ini mejadi pembentuk laba BNI pada trowulan I 2016 yang tumbuh 5,5 persen atau menjadi Rp2,97 triliun. Marjin Bunga Bersih (NIM) BNI hingga triwulan I 2016 sbesar 6,1 persen.

Direktur Utama BNI, Ahmad Baiquni, sebelumnya, mengakui sulit untuk mempertahankan NIM di atas 6 persen, di tengah upaya untuk mendorong penurunan bunga kredit ke satu digit.

Hingga akhir Maret 2016, merujuk suku bunga dasar kredit (SBDK) BNI, baru kredit ritel yang berada di satu digit yakni 9,95 persen. Kredit Korporasi dan Kredit Konsumsi masih bertahan di dua digit.

Pewarta: Indra Pribadi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016