Oleh Edy M. Ya`kub Surabaya (ANTARA News) - Bagi orang awam, kaporit bukanlah sesuatu yang asing, bahkan mereka cukup mengenal kaporit sebagai benda (senyawa kimia) yang biasanya digunakan untuk menjernihkan air.Barangkali, ungkapan bahwa "kaporit dapat mematikan virus Flu Burung" itulah yang justru menjadi tanda tanya besar di mata orang awam. Namun, kaporit di tangan enam peneliti dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, kaporit justru mampu mematikan virus AI (Avian Influenza/Flu Burung). Menurut guru besar FKH Unair Surabaya Prof Dr drh Fedik Abdul Rantam, pihaknya menyimpulkan kaporit dapat menjadi desinfektan (anti hama) yang mampu mematikan virus Flu Burung dalam kurun 2-3 menit. "Awalnya, kami meneliti kaporit pada Juli hingga Oktober 2006," ujarnya di sela-sela peluncuran desinfektan Flu Burung yang dikemas dalam seminar `Potensi Kaporit Sebagai Desinfektan Virus AI` di aula FKH Unair Surabaya (8/3). Ketua tim peneliti desinfektan AI itu menjelaskan keenam peneliti FKH Unair itu semula menemukan kandungan kaporit adalah oksidator yang bersifat merusak virus. "Karena itu, kami akhirnya menguji pada virus AI dan ternyata kaporit mampu merusak virus AI mulai dari bagian luar, bagian dalam, protein, hingga gen virus," ucapnya. Didampingi anggota tim peneliti, Suwarno, guru besar FKH Unair yang dikukuhkan pada 24 Februari itu menyatakan kaporit yang mengandung chlorin itu mampu mematikan virus AI dalam waktu 2-3 menit. "Kami mencoba menyemprotkan virus AI mulai ribuan hingga jutaan virus ke dinding dan kayu, kemudian kami semprotkan desinfektan AI, ternyata 100 persen mati dalam 2-3 menit," katanya. Ia menyatakan pihaknya sengaja mengembangkan penelitian desinfektan AI, karena penelitian vaksin AI seringkali "kalah cepat" dari mutasi gen AI yang begitu cepat. "Sebagai desinfektan, kaporit itu ada dua jenis yakni kaporit 1 persen dan kaporit 3 persen dengan kandungan chlorin sama-sama mencapai 65 persen, karena itu komposisinya pun berbeda untuk desinfektan AI sesuai dengan jenisnya," ujarnya. Untuk kaporit 1 persen, katanya, komposisinya adalah 15,6 gram kaporit dicampur satu liter air, sedangkan kaporit 3 persen dengan komposisi 46 gram kaporit dicampur satu liter air. "Komposisi campuran kaporit dengan air itu dikocok dalam sebuah botol, kemudian diendapkan selama satu jam dan akhirnya diambil bagian yang jernih mirip air sebagai desinfektan," katanya. Ahli immunologi itu menyatakan desinfektan itu dapat disemprotkan pada sediaan yang mengandung virus AI seperti kandang unggas, unggas, telur unggas, kotoran unggas, pakaian, sepatu, air sumur, dan sediaan lainnya yang diduga terkena virus AI. "Tetapi, alat semprot sebaiknya yang terbuat plastik, karena chlorin itu memiliki daya korosif yang tinggi sehingga alat semprot dari besi akan mudah karatan," kata ahli virologi itu. Secara ekonomis, katanya, kaporit juga murah harganya yakni Rp10.000 per kilogram. "Jadi, cara membuatnya mudah dan harganya pun murah, sedangkan efek terhadap alam dan manusia tidak ada," tuturnya. Temuan tim penelitia FKH Unair Surabaya itu disambut positif Kepala Dinas Perikanan, Kelautan, Peternakan, Pertanian, dan Kehutanan Kota Surabaya, Suhartojo. Ia menilai desinfektan temuan Unair itu cukup baik dan menarik, karena akan memperbanyak pilihan untuk pembunuh virus AI. "Nanti, kami akan lihat dulu, sejauh mana efektivitasnya secara ekonomis, daya bunuh virus, dan ada-tidaknya efek/dampak kepada mahluk hidup. Kalau tidak ada masalah, tentu kami akan menyosialisasikan kepada camat se-Surabaya, terutama tujuh kelurahan endemis AI," ujarnya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007