Jadi, BI Rate yang digunakan selama ini tidak pernah menjadi acuan di dalam `market`, suku bunga BI Ratenya berapa? Marketnya berapa?,"

Jakarta (ANTARA News) - Direktur Eksekutif Institute for Development and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati menyatakan selama ini suku bunga acuan (BI Rate) tidak pernah menjadi acuan di dalam pasar atau "market".

"Jadi, BI Rate yang digunakan selama ini tidak pernah menjadi acuan di dalam market, suku bunga BI Ratenya berapa? Marketnya berapa?," kata Enny di Jakarta, Senin.

Hal tersebut, ia sampaikan setelah menghadiri acara "Policy Dialogue: The Middle Income Trap-Indonesias Challenge Ahead" yang diselenggarakan oleh Universitas Katolik Atmajaya bekerja sama dengan Friedrich Ebert Stiftung (FES).

Salah satu contohnya, kata dia, tiga kali suku bunga acuan diturunkan tetapi "lending ratenya" tidak bergoyang.

"Artinya, ini kan tidak tidak bisa jadi acuan sehingga sekarang BI mencari suatu instrumen yang lebih merefleksikan kondisi suku bunga di pasar itu dengan Reserve Repurchase Agreement (Repo) 7 hari," ucap Enny.

Dengan "Repo" 7 hari itu, kata dia diharapkan kebijakan-kebijakan BI lebih konkret sehingga tidak ada suatu kesenjangan antara kebijakan dengan target-target yang ingin dicapai.

"Selama ini, sektor moneter kita seolah-olah berjalan masing-masing dengan sektor riil, jadi sektor riil ke arah mana, sektor moneternya juga ke arah mana? Jadi tidak pernah bertemu," tuturnya.

Ia juga berharap dengan instrumen baru tersebut akan mendekatkan kebijakan bauran antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal.

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016