Padang (ANTARA News) - Sebanyak 2.700 rumah penduduk di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar), dipastikan tidak layak huni pasca-gempa berkekuatan 5,8 Skala Richter (SR) pada Selasa (6/3). "Rumah penduduk yang rusak parah itu tersebar di Kecamatan 10 Koto Baru, Batipuh Selatan, Batipuh, Pariangan, Sungai Tarab, Salimpaung, dan Tanjung Baru," kata Bupati Tanah Datar Sadiq Pasadigu kepada ANTARA News Minggu. Rumah penduduk yang hancur paskagempa diperkirakan bertambah banyak lagi, terutama pada kawasan pelosok nagari yang kini pendataan lebih diintensifkan oleh badan statistik setempat dibantu relawan dari STAIN Batusangkar. Untuk membangun kembali rumah-rumah yang rusak tentu sulit, terkait sebesar 70 persen pemilik rumah yang rusak itu, bekerja sebagai petani. "Bagaimana mungkin mereka bisa merehabilitasi rumahnya sedemikian cepat, karena untuk makan saja susah," katanya. Kendati ada potensi rantau yang bakal bisa membantu, kata Sadiq, itupun relatif sedikit, bagaimana untuk keluarga yang lainnya. Terkait janji Menko Kesra akan memberikan bantuan rehabilitasi terhadap rumah penduduk yang rusak berat dan ringan itu, Pemkab Tanah Datar, segera percepat proses pendataannya. Kerugian materil paskagempa di Kabupaten Tanah Datar Sumbar diperkirakan mencapai Rp100 miliar lebih, akibat hancurnya rumah penduduk, masjid, mushalla, unit penggilangan gabah, sekolah dan irigasi. Sebanyak 150 unit sekolah SD,SLTP dan SMA di Kabupaten Tanah Datar rusak dan tidak layak huni sehingga manajemen sekolah dibantu masyarakat membentuk tenda darurat. "Kita perlu membangun tenda darurat, sebab pelajar kini menyiapkan diri menghadapi UAN," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007