Warga Dumai, Zulkarnaen, Minggu, menyebutkan, reptilia amfibi besar ini sudah dipelihara almarhum orangtuanya, Muhammad Imran, sejak menetas pada 1990. Buaya itu diberi nama Amat dan tumbuh semakin besar.
Zulkarnaes kewalahan memelihara hewan raksasa ini dan kuatir karena diresahkan masyarakat sekitar.
Permintaan agar buaya dipindahkan dari kurungan di rumah Gang Wakaf Jalan Pemuda Darat Kecamatan Dumai Barat ini pernah disampaikan ke kelurahan, Dinas Kehutanan dan BKSDA Pekanbaru, tapi belum direspon.
"Ukurannya semakin besar, dan warga sekitar sudah resah seandainya lepas dari kandang, karena itu diharapkan instansi berwenang dapat memindahkan buaya ini ke tempat semestinya," sebut dia.
Permintaan agar buaya dipindahkan dari kurungan di rumah Gang Wakaf Jalan Pemuda Darat Kecamatan Dumai Barat ini pernah disampaikan ke kelurahan, Dinas Kehutanan dan BKSDA Pekanbaru, tapi belum direspon.
"Ukurannya semakin besar, dan warga sekitar sudah resah seandainya lepas dari kandang, karena itu diharapkan instansi berwenang dapat memindahkan buaya ini ke tempat semestinya," sebut dia.
Dijelaskan dia, selama dalam pemeliharaan orangtuanya, buaya ini pernah tiga kali lepas dari kandang dan bersembunyi di got dan semak belukar, namun dengan cepat ditangkap dan dikurung kembali.
Awalnya warga tidak meresahkan kehadiran hewan ini semasa almarhum orangtua masih hidup, namun sejak sang ayah itu tiada, masyarakat mulai cemas dan kuatir buaya tersebut lepas dan mengancam keselamatan.
"Sejak kecil buaya ini diberi makan ikan dan isi perut ayam, dan saat almarhum bapak meninggal berpesan agar si Amat jangan dibunuh atau dijual, karena itu saya ingin menyerahkan kepada pemerintah," katanya.
Pewarta: Abdul Razak
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016