"Tiap tahun limbah sampah Pekanbaru meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk," ungkap Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pekanbaru, Edwin Supradana, di Pekanbaru, Minggu.
Sampah itu kini hanya diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir sebagai lokasi akhir. Tanpa dilakukan perlakuan.
Selama ini sebut dia hampir 90 persen daerah menerapkan cara konvesional dalam pengelolaan sampah di daerahnya.
Sebanyak 69 persen, pengelolaan dengan cara mengangkut dan menimbunnya di Tempat Pembuangan Akhir termasuk Pekanbaru.
10 persen mengubur sampah dengan cara pengomposan, 7 persen didaur ulang, 5 persen sistem pengelolaan dengan cara membakar, dan 7 persen tidak dikelola.
Terang Edwin Pekanbaru saat ini masih tergolong pada kelompok terbanyak yakni dengan cara menimbun pada lahan TPA.
"Diakui tiap tahun kemampuan lahan TPA akan berkurang, hingga diperkirakan pada tahun 2020 kebutuhan akan lahan penuh," urainya.
Sejauh ini Pekanbaru belum memiliki upaya untuk mengolah sampah tersebut menjadi bentuk lainnya yang menguntungkan seperti merubahnya menjadi energi terbarukan.
Padahal sebut dia jika potensi sampah yang ada dikelola menjadi energi listrik terbarukan maka bisa menghasilkan 10-15 megawatt/hari.
"Energi ini bisa membantu krisis listrik yang dialami Pekanbaru, dan Riau umumnya," urainya.
Untuk memaksimalkan pengangkutan Pemerintah Kota (pemko) Pekanbaru telah bekerjasama dengan pihak ketiga.
"Dari 12 Kecamatan yang kini dikelola pengangkutan sampahnya hanya 10 sisanya dua masih ditangani kecamatan," tambahnya.
Pewarta: Netty Mindrayani dan Vera Lusiana
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016