Bandarlampung (ANTARA News) - Dana Suaka Margasatwa
(Wold Wildlife Fund/WWF)
Indonesia mengimbau para pengusaha kopi untuk ikut menjaga konservasi di kawasan hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Lampung dan Bengkulu yang terancam akibat bercampurnya tanaman kopi dibudidayakan dari hutan itu guna diekspor.
Staf WWF Indonesia, Desmarita Murni didampingi Staf WWF Indonesia di Lampung, Nurcholis Fadhli dan Afrizal, dalam keterangan kepada ANTARA di Bandarlampung, Minggu, menyebutkan bahwa ada temuan tanaman kopi robusta menjadi tanaman yang umum ditanam di kawasan TNBBS oleh pengusaha atau petani lantaran permintaan pasar.
Padahal, TNBBS merupakan daerah yang dilindungi, sehingga produk kopi yang dihasilkan menjadi "kopi ilegal".
Kopi ilegal itu secara rutin tercampur dengan kopi yang ditanam secara legal di luar kawasan konservasi di Lampung lainnya, akibat jaringan pedagang yang membeli kopi dari petani perseorangan, katanya.
"Karena itu, sebagian kopi asal Lampung menjadi
ternoda dengan biji kopi ilegal yang sumbernya tidak bisa ditelusuri," ujar Desmarita.
Dia menyebutkan, belum adanya mekanisme kontrol, seperti diterapkan pada produk kayu, menyebabkan biji kopi yang berasal dari taman nasional itu tercampur dengan kopi
legal dari luar kawasan.
Dalam perjalanannya, menurut dia, biji kopi yang telah
ternoda tersebut kemudian dibeli dan diekspor oleh 40-an perusahaan pengekspor kopi ke pengolah kopi pada lebih dari 50 negara di dunia.
Ia menyebutkan pula, perusahaan internasional itu banyak yang tidak bertempat di Lampung, mereka mendapatkan kopi dari Lampung melalui pedagang perantara dan mungkin tidak menyadari bahwa sebagian dari kopi yang mereka olah dan atau perdagangkan
merupakan kopi yang berasal dari daerah lindung tersebut.
"Tapi, boleh jadi, sejumlah perusahaan yang berdomisili di Lampung, seperti tutup mata terhadap permasalah itu, sehingga disengaja ataupun tidak, pasar kopi internasional telah dan terus memiliki peran penting dalam mendorong kerusakan hutan di Sumatera," kata Desmarita.
WWF Indonesia, menurut dia, berupaya mendorong agar populasi harimau, badak, dan gajah sumatera di daerah produksi kopi dapat terus bertahan hidup pada habitat mereka.
Desmarita menyatakan, perusahaan-perusahaan tersebut harus segera memperkenalkan, melaksanakan dan mengawasi kebijakan pembelian kopi yang bertanggungjawab, sehingga mereka tidak lagi mendorong deforestasi, karena menyediakan pasar untuk kopi yang berasal dari kawasan konservasi.
"Seluruh para pihak, termasuk pengelola taman nasional, petani kopi, pedagang dan pengolah, pemerintah kabupaten, provinsi dan nasional serta LSM memiliki peran kunci dalam menetapkan dan melaksanakan solusi yang berkelanjutan dan jangka panjang
untuk menghentikan degradasi hutan di TNBBS," ujarnya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007