Ini adalah lawatan yang sedikit berbeda daripada yang lain-lainnya ... ini lawatan yang ditandai oleh kesedihan."

Lesbos, Yunani (ANTARA News) - Para migran berlutut, mencium tangannya dan memohon bantuan Paus Fransiskus pada Sabtu di sebuah kamp pengungsi Yunani di garis depan krisis migran Eropa yang telah merenggut ratusan jiwa dalam setahun terakhir.

Di sebuah kompleks yang dibatasi pagar berduri di Pulau Aegean, Lesbos, orang-orang dewasa dan anak-anak mencucurkan air mata, memohon bantuan setelah perjalanan mereka ke Eropa diputus oleh keputusan Uni Eropa dengan menutup sebuah rute migran yang digunakan jutaan orang untuk menyelamatkan diri dari konflik sejak awal tahun 2015, lapor Reuters.

Paus Fransiskus, pemimpin 1,2 miliar umat Katolik Roma sedunia, berjabat tangan dengan ratusan orang sementara ratusan orang lagi hanya bisa menyaksikan dari balik pagar kawat di kamp Moria, yang menampung sekitar 3.000 orang.

"Merdeka, merdeka," demikian para migran berteriak sementara Paus berjalan melintasi fasilitas berbukit itu di tengah terik matahari. Beberapa wanita tampak terharu.

Sebelumnya TV Yunani melaporkan Paus Fransiskus berencana membawa 10 pengungsi ke Vatikan, delapan di antaranya warga negara Suriah.

"Inilah sebuah hadiah dari Tuhan," kata seorang wanita yang bernama Nour seperti dikutip TV negara ERT.

Seorang juru bicara Vatikan mengatakan ia tidak bisa mengomentari laporan TV itu segera, yang menyarankan para wartawan "sebaiknya mengikuti acara-acara hari ini karena semua belum rampung."

"Saya ingin beritahu Anda, Anda tidak sendirian," kata Paus Fransiskus dalam pidato tertulisnya. "... sebagai orang yang punya kepercayaan, kami ingin bersama menyuarakan suara Anda atas nama Anda. Jangan hilang harapan!" katanya, didampangi Pastur Bartholomew, pemimpin spiritual umat Kristen Orthodoks sedunia, dan Pastur Yunani Ieronymos.

Para migran menyelipkan kertas-kertas ke tangan Paus ketika melintas dan kemudian menyerahkannya ke seorang staf.

Paus sering membela para pengungsi dan mendesak para jemaat gereja di Eropa menampung mereka. Lawatan pertamanya setelah menjadi tokoh umat Katolik sedunia pada 2013 ialah ke pulau Sicilia, Lampedusa, yang seperti Lesbos, telah menerima ribuan pengungsi.

Ratusan orang meninggal dalam perjalanan melintasi dari Turki ke pantai-pantai Lesbos tahun lalu, dan pulau itu penuh dengan kuburan-kuburan tak bernama.

"Ini adalah lawatan yang sedikit berbeda daripada yang lain-lainnya ... ini lawatan yang ditandai oleh kesedihan," kata Fransiskus kepada wartawan di pesawat yang membawanya ke Lesbos.
(Uu.M016)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016