Yogyakarta (ANTARA News) - Satu dari dua kotak hitam (black box) pesawat Garuda Indonesia Boeing 737-400 nomor penerbangan GA-200 yang dikirim ke Canberra, Australia, gagal atau tidak berhasil dibaca, sehingga harus dikirim ke pabrik pesawat Boeing di AS. Anggota Tim Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Joseph Tumenggung yang didampingi tim ASTB (Australian Transportation Safety Bureau) di Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta, Minggu, mengatakan dua kotak hitam yang dikirim ke Australia adalah Voice Data Recorder (VDR) dan Flight Data Recorder (FDR). Namun, setelah diteliti di Australia, ternyata kotak hitam VDR tidak bisa dibaca isinya, sehingga langsung dikirim ke perusahaan Boeing, yang memproduksi pesawat itu untuk diurai dan dibaca di sana. Kotak hitam VDR yang berisi percakapan di dalam cockpit, baik antara pilot dengan co pilot, maupun pilot dengan menara pengawas bandara, kondisinya memang rusak parah sehingga sulit dibaca. "Sementara itu, FDR yang berisi rekaman data teknis penerbangan, antara lain tekanan udara, arah angin maupun kecepatan pesawat, kini sudah dapat dibaca di Australia," katanya. Menurut Tumenggung, hasil dari penyelidikan di perusahaan pesawat Boeing belum dapat dipastikan kapan selesai, bisa satu bulan, dua bulan atau bahkan satu tahun. Penelitian kotak hitam memang cukup sulit, karena harus mengurai pita satu demi satu untuk akurasi data, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007