Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, kita mencoba membangun FTA ke beberapa negara, seperti Eropa dan Amerika. Jadi kita punya akses pasar yang cukup."
Jakarta (ANTARA News) - Penghentian bantuan mesin tekstil oleh Kementerian Perindustrian dalam Program Restrukturisasi dan Revitalisasi Mesin Tekstil dinilai tidak akan menurunkan daya saing industri tekstil dan produk tekstil dalam negeri.
"Engga dong, sekarang coba lihat di garmen surplusnya cukup signifikan," kata Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian Harjanto ditemui di Jakarta, Jumat.
Selain itu, Harjanto menyampaikan bahwa investasi industri hilir tekstil dan produk tekstil kian menjamur di dalam negeri, baik dari Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Sehingga, perusahaan-perusahaan yang baru beroperasi tersebut justru berpotensi untuk turuk berkontribusi meningkatkan daya saing industri tekstil dan produk tekstil dalam negeri.
"Dan investasi yang baru itukan tidak butuh restrukturisasi mesin, karena restrukturisasi itu untuk mesin-mesin yang lama," ujar Harjanto.
Untuk meningkatkan daya saing industri ini, Harjanto mengemukakan, pemerintah akan berupaya membangun merek nasional atau "national branding" untuk meningkatkan nilai tambah.
Hal tersebut dilakukan mengingat sebagian besar industri tekstil di dalam negeri bersifat makloon, atau menjahit produk untuk merek-merek global.
Selain itu, Harjanto mengatakan, pemerintah juga akan mengakselerasi dibukanya perdagangan bebas atau Free Trade Agreement (FTA) dengan sejumlah negara untuk memaksimalkan penetrasi pasar tekstil asal Tanah Air.
"Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, kita mencoba membangun FTA ke beberapa negara, seperti Eropa dan Amerika. Jadi kita punya akses pasar yang cukup," ujarnya.
Diketahui, Kemenperin akan mengevaluasi dan memonitor bantuan mesin tekstil yang sudah dilakukan selama tujuh tahun berturut-turut.
Harjanto menjelaskan, awalnya, bantuan mesin dilakukan untuk mendorong daya saing industri tekstil yang pada saat itu dalam keadaan menurun.
Menurutnya, dengan kondisi industri tekstil dan produk tekstil yang kian meningkat saat ini, bantuan mesin akan dihentikan sementara, sambil melihat hasil evaluasi.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016