Solo (ANTARA News) - Sedikit 2,2 juta penduduk di dunia setiap tahun meninggal akibat penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS), Prof. Dr. dr. Suradi Sp.P. (K), M.A.R.S. "Kebiasaan merokok berhubungan dengan terjadinya 25 jenis penyakit, dan separuh para perokok meninggal akibat berbagai penyakit yang disebabkan oleh rokok," katanya di Solo, Minggu. Ia mengatakan, proporsi pengeluaran rata-rata untuk membeli rokok atau tembakau tahun 2001 untuk kelompok berpenghasilan paling rendah sekitar 9,1 persen dan berpenghasilan tinggi 7,4 persen. Perokok yang berpenghasilan rendah, katanya, setiap hari menghabiskan 10 batang rokok, sedangkan yang berpenghasilan tinggi 12,5 batang. "Pengeluaran anggaran keluarga untuk produk tembakau lebih tinggi dibanding untuk belanja ikan (6,2 persen), sayur mayur (5,1 persen), daging, telur dan susu (6,4 persen)," paparnya. Ia mengatakan, lima penyakit paru utama merupakan 17,4 persen dari seluruh kematian di dunia, masing-masing infeksi paru (7,2 persen, PPOK (4,8 persen), tuberkulosis (3,0 persen), kanker paru (2,1 persen), dan asma (0,3 persen). Suradi yang baru dikukuhkan menjadi guru besar pada hari Sabtu (10/3) mengatakan, terdapat 1,2 miliar perokok di dunia dan konsumsi rokok di Indonesia meningkat secara persisten sejak tahun 1970. Prevalensi merokok penduduk dewasa usia 15 tahun ke atas pada 1995 meningkat 26,9 persen, tahun 2001 mencapai 31,5 persen sehingga diperkirakan terdapat 70 juta penduduk Indonesia merupakan perokok. "Sekitar 88 persen di antaranya perokok kretek dengan kandungan tembakau 60-70 persen," katanya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007