Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Polisi Tito Karnavian mengatakan polisi dan Detasemen Khusus 88 Antiteror tidak kehilangan informasi meskipun terduga teroris Siyono yang ditangkap akhirnya tewas.
"Banyak cara untuk mengungkap jaringan tanpa melalui tersangka. Jaringan ini semua sudah dipelajari. Banyak jalur untuk mengungkap itu," kata Tito kepada wartawan di sela-sela rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPR di Jakarta, Rabu.
Mantan Kepala Densus 88 itu mengatakan seringkali Densus sudah mendapat banyak informasi sebelum menangkap terduga teroris. Karena itu, meskipun akhirnya terduga teroris itu tewas, meskipun mungkin ada informasi yang belum diungkap, Densus sudah mengetahui.
Terkait kematian Siyono, Tito mengatakan bukan kewenangannya untuk membahas detail kasus tersebut karena Densus 88 bukan berada di bawah BNPT.
"Namun, berdasarkan informasi yang saya tahu, dia adalah anggota jaringan yang melakukan perlawanan saat sedang ditahan oleh Densus," tuturnya.
Menurut Tito, BNPT juga menghargai dan menghormati upaya internal yang dilakukan Polri untuk terkait kematian Siyono.
"Saya tidak ingin mendahului hasil pemeriksaan internal Polri. Polri telah melakukan pemeriksaan, kita tunggu saja nanti akan disampaikan," katanya.
Sementara itu, anggota Komisi III DPR RI Habib Aboe Bakar Alhabsyi meminta BNPT untuk terbuka terkait terduga teroris Siyono yang tewas setelah ditangkap Densus 88.
"BNPT perlu memberikan penjelasan kepada publik, meskipun tidak gampang karena masyarakat saat ini cenderung tidak percaya," katanya.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mengatakan terorisme adalah musuh bersama seluruh bangsa Indonesia. Dengan kondisi perekonomian yang sedang sulit seperti ini, BNPT perlu memberikan penjelasan secara bijak.
"Kalau kami menanyakan tentang terorisme, bukan berarti kami mendukung teroris. Karena itu, perlu ada penjelasan yang bijak dari pemerintah," tuturnya.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016