Jujur saja, perasaan saya mengatakan ini pasti operasi dinas intelijenJakarta (ANTARA News) - Whistleblower keuangan terkenal Bradley Birkenfeld mengatakan sumber pengungkap 11 juta dokumen yang dicuri dari firma hukum Panama Mossack Fonseca yang kemudian disebut skandal Panama Papers tidak bisa dianggap whistleblower seperti dirinya, sebaliknya dia menuduh skandal itu adalah hasil kerja dinas intelijen Amerika Serikat CIA.
"CIA saya yakin berada di belakang ini, menurut pendapat saya," kata Birkenfeld dalam wawancara dengan CNBC, Selasa waktu setempat.
Birkenfeld adalah warga negara AS yang sewaktu bekerja di Swiss sebagai bankir Bank UBS mendekati pemerintah AS dengan menyerahkan dokumen besar jumlah penggelapan pajak oleh warga AS dalam rekening-rekening rahasia di Swiss.
Pada ujung masanya sebagai whistleblower, Birkenfeld yang sempat harus mendekam di penjara selama dua tahun, dihadiahi 104 juta dolar AS dari dinas pajak AS IRS atas informasi yang diberikannya itu yang sekaligus mengguncang fondasi kerahasian perbankan Swiss.
Alasan Birkenfeld menyatakan "Panama Papers' hasil kerja CIA karena dia melihat skandal ini lebih mengguncangkan negara-negara yang selama ini tegang dengan Amerika Serikat.
"Faktanya kita semua melihat nama-nama yang muncul adalah nama-mana yang dalam tanda petik musuh Amerika Serikat, yakni Rusia, China, Pakistan, Argentina dan kita tidak melihat satu pun nama AS. Mengapa demikian?," kata Birkenfeld. "Jujur saja, perasaan saya mengatakan ini pasti operasi dinas intelijen."
Ketika ditanya untuk apa AS membocorkan informasi yang juga merusak citra sekutu utamanya, Perdana Menteri Inggris David Cameron, Birkenfeld hanya berkata bahwa pemimpin Inggris itu kemungkinan hanya terkena getah dari sebuah operasi besar intelijen.
"Jika Anda melihat NSA dan CIA mematamatai pemerintah asing mereka pastinya menyasar firm hukum seperti ini," sambung Birkenfeld. "Tetapi secara selektif mereka membeberkan informasi ini ke wilayah publik yang tidak merugikan AS dalam bentuk apa pun. Itu keliru. Dan ada yang sungguh sinistis di balik ini semua," tutup dia seperti tertulis pada laman CNBC.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016