Panama City (ANTARA News) - Polisi menggeledah kantor pusat firma hukum Panama yang dokumen-dokumen bocornya dalam "Panama Papers" telah menyingkapkan bagaimana orang-orang kaya dan berkuasa di seluruh dunia menggunakan perusahaan-perusahaan berbasis di luar negeri (offshore) sebagai tempat menyimpan asset mereka.

Polisi dari unit kejahatan terorganisasi merazia markas besar Mossack Fonseca tanpa ada insiden atau campur tangan dari perusahaan, kata jaksa seraya menyatakan penggeledahan dilakukan di markas besar firma hukum itu di Panama City dan beberapa cabangnya.

Panama Papers, yang berpusat pada jutaan berkas dokumen yang disabot secara digital dari Mossack Fonseca, telah menciptakan guncangan di seluruh dunia.

Perdana Menteri Islandia terpaksa mengundurkan diri setelah namanya muncul sebagai salah satu pemilik perusahaan offshore, sedangkan Perdana Menteri Inggris sampai terpaksa mengungkapkan catatan pajaknya.

Presiden Rusia Vladimir Putin berusaha mengalihkan perhatian awam kepada dirinya dengan menyebut skandal itu sebagai siasat AS untuk menjatuhkannya.

Sedangkan China menyensor forum-forum online dan mesia untuk mencegah nama-nama pejabat yang tercantum dalam "Panama Papers" menyebar luas ke masyarakat.

Tidak itu saja, orang-orang kaya di Australia, Prancis, India, Meksiko, Peru, Spanyol dan di mana-mana menghadapi ancaman hukum karena disangka menggelapkan atau menghindarkan pajak di dalam negeri setelah nama mereka tercantum dalam beberapa dari 11,5 juta dokumen yang bocor itu.

Citra Perdana Menteri Inggris David Cameron terusik setelah dia mengakui memiliki saham pada perusahaan offshore milik mendiang ayahnya dan menerima uang dari orang tuanya yang mungkin dari asset tanpa pajak, demikian AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016