Tahun ini Indonesia menempati peringkat 41, naik dua tingkat dari tahun lalu, setelah pita lebar diluncurkan sehingga mempengaruhi pengembangan pusat data.
"Saat ini digitalisasi global sedang mengalami perkembangan yang pesat sehingga meningkatkan efisiensi dan pengalaman pengguna dalam berbagai aspek, termasuk industri vertikal, pelayanan masyarakat, dan lain sebagainya," kata Direktur Eksekutif Huawei William Xu dalam keterangan tertulisnya, Selasa.
"Hasil laporan GCI mengungkapkan bahwa konektivitas global meningkat sebesar 5 persen pada tahun 2015," tambah dia.
GCI mengukur perkembangan investasi dan penyebaran TIK untuk mewujudkan digitalisasi ekonomi di 50 negara berdasarkan 40 indikator yang di antaranya meliputi ketersediaan, permintaan, pengalaman, dan potensi dari lima enabler teknologi yaitu pita lebar, pusat data, cloud, big data, dan IoT.
Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan investasi dalam infrastruktur digital berkaitan erat dengan pendapatan domestik bruto karena infrastruktur digital meningkatkan dinamika ekonomi, efisiensi, dan produktivitas.
Pemerintah Indonesia semakin serius dalam menggunakan TIK untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menerapkan solusi mobile yang dapat menambah penyerapan teknologi oleh masyarakat dan organisasi.
Menurut penelitian itu, penggunaan mobile broadband mengalami pertumbuhan cukup tinggi berkat semakin bertambahnya jumlah perusahaan telekomunikasi sehingga pemerintah dapat menggalakkan penggunaan komputasi awan untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan membuat TIK mentransformasi bisnis serta e-commerce.
Penelitian itu juga menyebutkan Indonesia memiliki posisi pertumbuhan pendapatan domestik bruto yang kuat untuk beberapa tahun ke depan.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016