"Reputasi siswa sangat kami pertimbangkan selain prestasi siswa, akreditasi sekolah dan reputasi sekolah untuk diterima di UGM," kata Dwikorita Karnawati di Yogyakarta, Selasa.
Hal itu ia katakan menanggapi pemberitaan terkait pengaduan siswa di DIY mengenai penyebaran foto soal Ujian Nasional (UN) yang dilakukan oleh siswa peserta UN lain melalui grup percakapan "Line" beberapa hari terakhir.
Dwikorita mengatakan meski nilai ujian nasional (UN) tidak akan menjadi pertimbangan untuk seleksi masuk UGM. Justru kecurangan yang dilakukan oleh siswa, akan menjadi catatan penting untuk menolak siswa yang bersangkutan masuk UGM.
"Dari awal kami memperingatkan dengan keras agar para siswa menghindari praktik curang. Kejujuran bagi kami lebih penting," kata dia.
Menurut dia, UGM sudah cukup berpengalaman dalam dalam menyeleksi tingkat kecurangan siswa yang ingin masuk UGM baik melalui jalur ujian masuk maupun SNMPTN. Perangkingan sekolah siswa yang akan mendaftar juga dilakukan baik dari sisi akreditasi, prestasi, maupun reputasi. "Kami sudah berpengalaman menghadapi penipuan," kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY Kadarmanta Baskara Aji menjamin tidak akan ada perlakuan yang sama antara siswa yang berbuat curang dengan yang siswa yang jujur dalam mengerjakan UN.
Menurut Aji, meski telah ada penandatanganan nota kesepahaman antara Kemendikbud dan Kemenristek Dikti tidak serta merta nilai UN digunakan pertimbangan siswa masuk perguruan tinggi. Sebab selain nilai, indeks integritas siswa maupun sekolah juga akan menjadi alat ukur perguruan tinggi untuk menerima calon mahasiswa baru.
"Jadi anak-anak tidak usah khawatir. Ada yang curang dan tidak, itu tidak akan diperlakukan sama," kata dia.
Disdikpora bersama ORI DIY, kata Aji, tetap akan menelusuri asal usul pihak yang memotret soal UN tersebut. Berdasarkan integritas siswa DIY yang dinilainya cukup bagus, ia meyakini pelaku bukan siswa dari DIY, apalagi anggota group Line yang diduga menjadi sarana penyebaran foto soal UN itu bukan hanya siswa yang berasal dari DIY.
"Kalau saya lihat karakter anak-anak kita itu lebih memilih melaporkan kejanggalan daripada membuat kejanggalan. Saya masih berpikiran positif pada anak-anak," kata dia.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016