Sleman (ANTARA News) - Candi Miri di Desa Sambirejo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, bisa menjadi tempat menikmati pemandangan matahari terbit dan terbenam di perbukitan yang sunyi dan sejuk.
Pemandangan matahari terbit atau terbenam bisa disaksikan dari tebing batu tlasar, tapal batas Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Jawa Tengah, yang ada di dekat candi yang berada di Kecamatan Prambanan tersebut.
Dari tebing itu, pengunjung bisa memandang Yogyakarta dan Jawa Tengah beserta hamparan gunung dan sawah-sawahnya.
Saat ini Candi Miri belum banyak dikenal wisatawan.
"Candi Miri masih kalah pamor dengan candi-candi yang lebih megah lainnya, karena candi tersebut kondisinya memang masih belum utuh dan letaknya yang jauh dari permukiman penduduk. Berada di tengah hutan, dan sedikit sulit medan yang harus ditempuh karena di atas bukit," kata Ketua Desa Wisata Bokoharjo, Prambanan, Sadi, di Sleman, Selasa.
Ia menyebut candi itu masih memendam misteri. Belum banyak penelitian yang dilakukan pada puing-puing candi yang ditemukan oleh Radiman, pemilik lahan tersebut, tahun 1973.
"Hanya tinggal puing-puing saja di sana, ada tiga yoni, umpak-umpak, dan enam dorpel," kata Sadi, yang juga juru pelihara Candi Miri.
"Dulu ditemukan prasasti pereng, menceritakan bangau putih, yang merupakan simbol dari (Dewa) Brahmana. Namun untuk tujuan apa candi tersebut dibangun masih belum diketahui. Berbeda dengan Candi Barong misalnya. Di Candi Barong untuk pemujaan Dewi Sri," katanya.
Pada awal penemuan, ia menjelaskan, ada sekitar 15 patung yang ditemukan namun warga setempat yang belum mengetahui pentingnya cagar budaya menjual sebagian besar patung tersebut. Patung yang masih tersisa saat ini disimpan di kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta.
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016