Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Aslim Tadjuddin mengatakan nilai tukar rupiah akan cenderung menguat, karena segi makro fundamental Indonesia berada pada kondisi stabil. "Rupiah ke depannya akan cenderung menguat, dan BI akan tetap mempertahankan pada kisaran sekarang ini, yaitu Rp9.000 sampai Rp9.400," kata Aslim di Jakarta, Jumat. Menurut dia, BI akan menjaga jangan sampai terjadi fluktuasi terlalu lebar, karena level kurs saat ini sudah cukup dapat diterima dunia usaha, terutama bidang ekspor/impor. "Walaupun kemarin nilai tukar mata uang Thailand sempat menurun, hal tersebut tidak akan mempengaruhi rupiah, karena pelemahan itu masih dalam kisaran yang kita harapkan," kata dia. Mengenai tingkat inflasi, Aslim memperkirakan masih akan sama seperti inflasi pada bulan Februari. "Saya pikir akan sama atau paling tidak berada di bawah bulan Februari, karena kita lihat kemarin ada kenaikan harga beras," katanya. Ia mengatakan pemerintah sudah melakukan segala cara untuk menekan kenaikan harga beras, seperti impor atau operasi pasar, sehingga kenaikan harga pada bulan ini tidak akan mempengaruhi inflasi. "Semoga saja bulan Maret ini lebih rendah dan target enam plus minus satu bisa tercapai," ujarnya. Saat ini, lanjut Aslim, gejolak di sisi global sudah berkurang, bahkan beberapa stok harga sudah mulai normal kembali. "Kemarin memang ada `reserve carrytrade` Yen Jepang, tetapi sekarang ini sudah berakhir," ucap dia. Ketika ditanya mengenai pembatasan dana perbankan pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), ia mengatakan hal tersebut tidak terlalu penting untuk dibahas. "Yang penting adalah bagaimana sektor riil dapat bergerak, karena ketika sektor riil bergerak dunia perbankan akan memberi kredit kepada sektor riil, dengan demikian secara otomatis dana di SBI akan berkurang," ucap dia. Mengenai target pertumbuhan ekonomi, Aslim mengatakan hal itu amat membutuhkan kredit dunia perbankan. "Yang perlu diciptakan sekarang ini adalah bagaiamana iklim investasi kondusif dan menghilangkan hambatan-hambatan bagi kemajuan sektor riil, bukan pada masalah pembatasan SBI," tambah dia. (*)

Copyright © ANTARA 2007