Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Wiranto menyatakan partainya akan menyamai Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam mengedepankan akhlak, moral dan hati nurani. "Kita akan menyamai PKS. PKS sedirian membangun akhlak," kata Wiranto dalam acara Musyawarah Kerja Nasional Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Jumat. Wiranto menjelaskan untuk menyamai PKS, pihaknya akan mencari sasaran (konstituen) orang-orang yang memiliki hati nurani. "Nama partainya saja sudah Partai Hati Nurani Rakyat," katanya, yang kemudian disambut dengan tepuk tangan peserta Mukernas KAMMI yang kali ini bertajuk "Konsolidasi Demokrasi dan Peran Strategis Gerakan Mahasiswa dalam Menjawab Tantangan Kemandirian Bangsa". Wiranto menjelaskan agar sesuai dengan tujuan partai, pihaknya akan mengedepankan ahlak saat rekrutmen anggota. Mantan Panglima TNI ini juga mengatakan partai yang dipimpinnya bukan partai bayi, namun partai yang muncul dengan sejumlah para tokoh partai politik "kawakan" yang bergabung dengan Hanura. "Hanura bukan partai bayi yang masih taman kanak-kanak," katanya. Wiranto menyebutkan sejumlah tokoh partai politik yang masuk ke partainya di antaranya Nico Daryanto, Fuad Bawazier, Samuel Kotto (Partai Amanat Nasional), Djafar Badjeber (pendiri Partai Bintang Reformasi) serta Ary Mardjono (mantan Sekjen Golkar). Wiranto menceritakan partainya pernah mendapat julukan sebagai partai "kutu loncat", namun dirinya hanya menimpali dengan pernyataan "Jangan kutu dong, tetapi saya kan gajah. Gajah loncat." Lebih jauh Wiranto menyatakan bahwa dirinya pernah mencoba, bahkan menjadi calon presiden dari partai yang ada, namun tidak menemukan cara mencapai pengabdian pada masyarakat yang ia inginkan. "Ada suatu cara mencapai sesuatu pengabdian yang tidak pas. Praktek-prakteknya tidak sesuai dengan hati nurani saya. Untuk apa kerja pada suatu komunitas yang tidak nyaman untuk mengekspersikan aspirasi politik saya," kata Wiranto menjawab alasan dirinya membentuk partai baru. Wiranto menjelaskan Partai Hanura bukanlah solusi, tetapi bagian dari semangat untuk ikut serta menyelesaikan masalah bangsa. "Ibarat bus, parpol kita menaiki bus masing-masing. Tatkala bus yang kita tumpangi di dalamnya orangnya saling cekcok, berebut kursi, dan berebut jadi sopir, maka kalau tidak loncat dari bus itu, ndak `waras`, nah saya loncat dari bus itu," kata ketua umum partai yang dideklarasikan pada 21 Desember 2006 itu. Loncat dari bus, lanjut Wiranto, untuk mencari bus baru yang jelas arahnya. Apalagi dalam undang-undang tidak dilarang orang loncat pagar, tidak dilarang orang membangun aspirasi politik dan tidak dilarang pindah partai politik. (*)
Copyright © ANTARA 2007