Beijing (ANTARA News) - Mantan pemain bulutangkis terkenmal, Li Lingwei, berpendapat China mempunyai tanggung jawab untuk membantu negara lain mengembangkan cabang olahraga tersebut, sehingga bulutangkis dapat berkembang secara internasional. Meskipun negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Denmark masih menghasilkan pemain-pemain terkemuka, China semakin dominan dan memenangi semua gelar kecuali gelar pada kejuaraan dunia tahun lalu. Li, yang memenangi lebih dari 50 gelar grand prix dan internasional, termasuk dua mahkota tunggal dunia di tahun 1980-an, berpendapat negaranya perlu memberi bantuan pada negara lain. "Sementara Cna merupakan tim terkuat di dunia, saya kira kita mempunyai tanggung jawab untuk membantu negara kurang maju lainnya guna mempromosikan olahraga ini," kata Li pada Reuters di sela-sela sidang pekan ini CPPCC, badan penasehat parlemen China. Salah satu cara bantuan yang dapat dilakukan China ialah dengan mengizinkan para pemain terkemuka pergi ke luar negeri untuk bermain dan melatih pada akhir karir mereka. Tetapi, beberapa pemain yang berharap melakukan hal ini telah dituduh sebagai "pengkhianat". Li berpendapat hal ini tidak adil dan bila tim nasional sudah tidak memerlukan para pemain, mereka mestinya bebas untuk pergi. "Saya kira ini tidak sangat buruk bagi China," kata Li. "Di China karena para pemain tidak harus membayar untuk latihan pada saat mereka masih muda, konsep tradisionalnya ialah mereka mesti membayar kembali pada negara ... sehingga masyarakat tidak menginginkan para pemain mereka pergi ke luar negeri berapa pun usianya. "Beberapa pemain tidak puas pensiun bila mereka tidak dapat mendapatkan pekerjaan yang baik, sehingga mereka berusaha mencari cara untuk melanjutkan karir mereka atau mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Itulah yang menjadi pilihan mereka." katanya. Li adalah anggota Dewan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), yang tahun ini meluncurkan "Super Series" 13 turnamen untuk berusaha dan memasarkan lebih baik pertandingan profesional tersebut. Ia berpendapat "Super Series" itu merupakan gagasan yang baik, hal itu kemungkinan akan menibulkan masalah, paling tidak para pemain terlalu banyak ikut pertandingan. "Para pemain akan bermain di lebih banyak turnamen untuk meraih hadiah uang dan semakin berkurang latihannya, yang disebabkan oleh cedera serius, dan memperpendek karir mereka," katanya. "Tetapi peyelenggara selalu berharap para pemain top ambil bagian." Juara tunggal putri All England dua kali, Li yakin turnamen tua itu, yang berlangsung di Birmingham, akan mempertahankan gengsinya di era baru. "Dibanding dengan masa saya di tahun 1980-an, semakin banyak turnamen di dunia," katanya. "Tetapi saya berpendapat bahwa All England Terbuka akan tetap di tingkat atas karena turnamen tersebut masih dapat menarik para pemain top dan sponsor," katanya. Olimpiade Beijing tinggal 18 bulan lagi dan meskipun Li tidak bisa ambil bagian -- bulu tangkis yang tidak dimasukkan dalam Olimpiade hingga 1992 -- ia dilibatkan dalam persiapannya melalui tugasnya di panitia penyelenggara. Ia merasa prihatin atas tuntutan bagi keberhasilan tuan rumah, khususnya di cabang olahraga dimana China merupakan tim yang kuat seperti bulu tangkis, akan menimbulkan beban terlalu kuat bagi para pemain. "Saya tahu masyarakat sangat mengharapkan karena Olimpiade di China untuk pertama kalinya, tetapi bagi atlet kadangkala menimbulkan stress berat," katanya. "Saya secara pribadi lebih suka bermain di luar negeri," kata Li. (*)
Copyright © ANTARA 2007