Kepadatan kapal milik nelayan andon terpantau di beberapa pelabuhan tradisional/kecil seperti di Pantai Sine, Tulungagung dan Pantai Ngadipuro di Munjungan, Trenggalek, Minggu.
"Peningkatan jumlah kapal nelayan pendatang (andon) juga terjadi di pelabuhan besar seperti PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara) Prigi di Watulimo Trenggalek di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Popoh di Tulungagung maupun di Pelabuhan Tamperan di Pacitan," kata Untung, pengurus Himpunan Serikat Nelayan Indonesia (HSNI) di Tulungagung.
Di kawasan pesisir Pantai Sine, Tulungagung yang belum memiliki kolam labuh khusus saja menurut Untung saat ini sudah ramai dikunjungi nelayan andon.
Mereka tidak hanya singgah, tetapi juga melakukan aktivitas bongkar-muat ikan layur hasil tangkapan mereka di pelabuhan-pelabuhan tujuan, termasuk di pesisir Sine.
"Di Sine saja jumlah kapalnya mencapai 200 lebih. Itu belum di Popoh, Prigi, Tamperan, Tambak di Blitar maupun pelabuhan-pelabuhan kecil lain. Jumlahya bisa ribuan," katanya.
Salah seorang nelayan andon bernama Sintak (45) mengatakan, dia bersama rekan-rekannya jauh-jauh datang dari kawasan pesisir Sulawesi karena di selatan Jawa sedang musim ikan.
Menurut dia, banyak kapal pendatang yang. akhirnya singgah di sejumlah pelabuhan di pesisir selatan Tulungagung, Trenggalek, hingga Pacitan karena alasan operasional dan kepentingan menjual hasil tangkapan ikan.
"Sebagian karena memang sudah terbiasa singgah di beberapa pelabuhan tertentu, sebagian lain karena memang diperintah oleh pemilik kapal (majikan nelayan) untuk menjual di pengepul ikan yang sudah ditentukan," kata Sintak.
Untung memperkirakan, jumlah nelayan pendatang di pesisir Tulungagung-Trenggalek mencapai seribu kapal lebih.
Menurutnya, para nelayan andon datang seperti bermigrasi dari wilayah Sulawesi ke kawasan pesisir selatan Jatim dan akan tinggal selama beberapa bulan hingga musim ikan habis.
"Untuk operasional mereka bekerjasama dengan pengusaha lokal dengan sistem ijon.Itu sudah membudaya dan selama itu menguntungkan tidak masalah," ujarnya.
Pewarta: Destyan Handri Sujarwoko
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016