"Perawat adalah agen pengubah karena dialah pemimpin untuk dirinya sendiri, pasien dan masyarakat, maka harus lebih peka terhadap permintaan dan kebutuhan pasien," kata pakar keperawatan dan kebidanan Australia dalam Seminar Internasional di RSI Jemursari, Surabaya, Sabtu.
Di hadapan mahasiswa dan dosen Universitas Nahdlatul Ulama (Unusa) Surabaya, ia menjelaskan seorang perawat mampu untuk menyelesaikan permasalahan dalam situasi apapun dengan meneliti isu dan menentukan hal-hal yang perlu dilakukan sesuai kebutuhan.
"Satu dari kalian adalah orang yang mampu mengubah musibah menjadi kebahagiaan, maka yakinkan diri Anda untuk bisa menjadi pemimpin yang luar biasa," katanya.
Dalam waktu yang bersamaan, Dosen Fakultas keperawatan Unusa, Imana Nada Tien, menyatakan perlu adanya rasa bangga menjadi seorang perawat.
"Rasa bangga harus ditanamkan dalam setiap jiwa perawat untuk meningkatkan prestasi kinerjanya," katanya.
Ia menjelaskan rasa bangga seorang perawat mampu memicu semangat untuk memberi manfaat tentang kesehatan dengan predikat apapun dari pasien.
"Menyandang gelar perawat itu harusnya bangga karena perawatlah yang lebih dekat dan setia menemani pasien sampai sembuh," katanya.
Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Unusa itu menambahkan sikap bangga menjadikan seorang perawat lebih percaya diri untuk menjadi seorang pemimpin.
"Cara pandang masyarakat tentang sikap perawat saat ini tergantung pada pribadi masing-masing, yang kami terapkan di Unusa adalah calon perawat yang mempunyai rasa bangga dengan profesinya," katanya.
Profesi perawat, tambahnya, menjadi profesi yang mengesampingkan urusan pribadi ketika bekerja jika memahami bahwa dirinya adalah seorang pemimpin untuk dirinya, pasien dan masyarakat.
Seminar Internasional yang diselenggarakan Unusa bekerja sama dengan Universitas Flinder Australia Selatan itu dihadiri 200 peserta dari Unusa, Kementerian Kesehatan, Unair, Universitas Brawijaya Malang.
Pewarta: Edy M Ya`kub/Hesty PU
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016