"Nilai tukar rupiah menguat bersama dengan hampir semua kurs Asia seiring dengan harga minyak mentah yang naik," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Jumat.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Jumat (8/4) pagi ini, berada di level 37,92 dolar AS per barel, naik 1,77 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 39,96 dolar AS per barel, menguat 1,34 persen.
Ia menambahkan bahwa cadangan devisa Tiongkok yang naik juga menambah optimisme di pasar keuangan Asia sehingga memberikan sentimen positif bagi mata uang di kawasan, termasuk rupiah.
Selain itu, lanjut dia, optimisme dari dalam negeri mengenai kenaikan cadangan devisa juga turut menopang mata uang rupiah terhadap dolar AS.
Bank Indonesia mencatat, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Maret 2016 sebesar 107,5 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2016 sebesar 104,5 miliar dolar AS.
Kendati demikian, lanjut dia, pemangkasan belanja negara hingga mencapai Rp50,6 triliun bisa mengembalikan tekanan pelemahan rupiah dalam jangka pendek.
Sementara itu, Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Rinaldy mengatakan bahwa posisi cadangan devisa itu masih kuat mengingat dapat menutup biaya impor 8 bulan atau 7,8 bulan impor plus utang luar negeri pemerintah.
"Realisasi devisa itu juga di atas hitungan kebutuhan minimal 75 miliar dolar AS hingga 80 miliar dolar AS (dikalkulasi dari nilai gabungan impor 3 bulan dan potensi penarikan dana keluar pada investasi portofolio)," paparnya.
Meskipun demikian, lanjut dia, nilai tukar rupiah yang dapat memasuki masa depresiasi struktural di semester kedua 2016 nanti, dan devisa valas dapat melonggar pada periode tersebut.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016