Jakarta (ANTARA News) - Turunnya pertumbuhan ekonomi Cina dan Amerika Serikat (AS) di awal 2007 serta jatuhnya pasar saham global beberapa waktu lalu, tidak mempengaruhi ekspor sepatu Indonesia ke kedua negara tersebut. "Sampai saat ini ekspor sepatu ke Amerika baik-baik saja. Biasanya jika perekonomian Amerika memburuk, efeknya baru akan terasa enam bulan kemudian di Indonesia," kata Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (APRISINDO), Eddy Widjanarko, di Jakarta, Kamis (8/3). Dia mengaku sudah mengetahui prediksi akan memburuknya perekonomian Amerika Serikat, tetapi sejauh ini tidak ada masalah yang mengganggu ekspor sepatu ke Amerika. Justru dia mengatakan saat ini terjadi penurunan pemesanan dari Eropa terhadap produk sepatu. Dia mengatakan alasan penurunan jumlah pemesanan dari Eropa khususnya Inggris dikarenakan perekonomian di Eropa juga kurang baik. Eddy mengatakan "buyer" dari Inggris mulai mencari-cari kesalahan untuk mengurangi jumlah impor dari Indonesia. Sudah mulai banyak pemesanan dari Eropa yang ditunda. Bahkan, menurut Eddy, ada satu pabrik sepatu di Surabaya yang sudah merasakan dampaknya. Jumlah pemesanan berkurang dan pembayaran ditunda. "Mereka mencari-cari kesalahan untuk mengurangi jumlah pesanan dan menunda pembayaran. Alasannya bermacam-macam seperti jahitan yang kurang rapi," katanya. Menanggapi pengaruh memburuknya ekonomi Amerika Serikat terhadap ekspor sepatu, dia mengatakan, industri sepatu di Indonesia tidak akan terlalu besar terkena dampaknya karena Indonesia masih memiliki pasar yang cukup besar di Eropa, Asia, dan Australia. Dia mengatakan total ekspor sepatu Indonesia ke Amerika Serikat mencapai 36 persen dari 1,6 miliar dolar AS pada 2006. Untuk ekspor ke Eropa jumlahnya hampir sama yakni lebih 30 persen dari 1,6 miliar dolar AS, sedangkan sisanya diekspor ke Malaysia, Singapura, dan Australia. "Jadi jika pasar Amerika memburuk kita masih memiliki lebih dari 60 persen pasar Eropa, Asia, dan Australia. Justru ekspor sepatu ke Cina yang akan terpengaruh apabila ekonomi Amerika memburuk," ujar dia. Jumlah idustri sepatu yang tergabung dalam APRISINDO saat ini menurut Eddy ada 130 industri. Sampai sejauh ini, dia mengatakan, tidak ada keluhan dari para anggotanya akibat memburuknya perekonomian Amerika Serikat maupun Cina. Investasi pada industri sepatu di Indonesia sendiri menurut dia, terbantu oleh adanya kerjasama dengan investor dari Taiwan dan Korea. Eddy menargetkan peningkatan ekspor sepatu Indonesia hingga mencapai 1,8 miliar dolar AS pada tahun 2007 ini. Walaupun pemesanan sepatu dari Eropa sedang menurun, Eddy mengatakan, tetap optimis karena saat ini Eropa sedang menerapkan anti dumping terhadap produk Cina dan Vietnam.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007