Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan soal ujian nasional berbasis komputer (UNBK) berbeda dengan soal pada UN berbasis kertas.
"Tidak bisa. Kombinasi soal berbeda. Mungkin ada satu atau dua soal yang sama tapi itu satu atau dua dari ratusan soal," katanya kepada wartawan usai sidang kabinet paripurna di Kementerian Sekretariat Negara, di Jakarta, Kamis.
Ia mengakui ada beberapa pertanyaan kepadanya tentang kemungkinan soal UNKB sama persis dengan UN berbasis kertas.
Menurut Anies, hingga hari terakhir UN tingkat SMA, Kamis, pelaksanaan ujian berlangsung aman dan ia berharap kondisi ini tetap terjaga hingga semua tahapan UN tingkat SMA berakhir.
Menurut dia, ada sekitar 800 ribu orang yang terlibat dalam pelaksanaan UN yang semua berdisiplin untuk menjaga agar UN berjalan lancar.
Namun, kata dia, selama UN tingkat SMA ada kasus yang kini ditangani polisi di Soppeng, Sulawesi Selatan, yakni ada yang menjual kombinasi kunci jawab namun bukan kunci jawaban UN.
"Yang dijual itu kombinasi huruf a, b, c, d. Kalau dibilang itu jawaban, nyatanya juga tidak," katanya.
Sebelum mengikuti sidang kabinet paripurna, Anies Baswaden mengakui penyelenggaraan UNBK SMA belum sempurna tapi hampir sempurna karena ada empat server yang bermasalah tetapi kemudian dapat langsung diperbaiki.
Anies juga mengakui adanya kekurangan dalam UNBK karena masalah teknis dan jaringan listrik.
"Misal sudah persiapan ujian dilaksanakan, ternyata listrik bermasalah sehingga harus diganti pakai genset atau karena servernya mendadak down sehingga diganti server backup dan perlu waktu setengah jam untuk membuat server backup-nya berfungsi," katanya.
Ia mengatakan meskipun belum sempurna namun tidak ada satu anak pun yang dirugikan.
"Itu kejadiannya kalau dihitung persentase hanya 0,003 persen. Jadi dari 921.000 kejadian bermasalah kecil," katanya.
Mengenai kasus kebocoran soal, Mendikbud mengatakan tahun ini memang ada yang jual kunci jawaban tetapi ketika dicek kebenarannya hanya 10-20 persen saja.
"Saya katakan kepada siswa jangan percaya dengan jawaban yang tidak jelas itu," katanya.
Menurut dia, selalu ada orang yang punya motif memanfaatkan kondisi sehingga peserta ujian harus percaya pada jawaban sendiri.
"Kalau kebocoran tidak ada, yang ada adalah tawaran jawaban yang kebenarannya dipertanyakan, itu ada di Sulsel, Jateng, bahkan di Sulsel sudah ditangkap polisi. Itu hanya jualan huruf seperti dagelan saja," kata Anies Baswedan.
Pewarta: Santoso
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016