Jakarta (ANTARA News) - Perum Peruri terus melanjutkan transformasi bisnis dengan ekspansi usaha ke pasar luar negeri termasuk kerja sama pencetakan buku paspor dari Palestina.
"Pada tahun ini (2016) Peruri segera mencetak buku paspor pesanan Palestina," kata Direktur Utama Perum Peruri, Prasetio, saat pengumuman Kinerja Peruri 2015, di Jakarta, Kamis.
Menurut Prasetio, mencari pasar bisnis hingga ke Palestina bagian dari transformasi bisnis Peruri yang menyesuaikan orientasi pasar secara bertahap dari lokal ke global.
Sementara itu, Direktur Pemasaran dan Pengembangan Bisnis Peruri, Atje M Darjan menyatakan, pesanan pencetakan buku paspor Palestina itu sudah dibicarakan lebih lanjut ketika Dubes Palestina untuk Indonesia bertemu dengan Dirut Peruri Prasetio di sela KTT OKI yang digelar di Jakarta, beberapa waktu lalu.
"Di sela pertemuan yang difasilitasi Kementrian Luar Negeri RI itu, Perum Peruri akan mencetak buku paspor untuk Palestina sekitar 300.000 buku untuk jangka waktu 3 tahun ke depan," ujar Atje.
Ia menjelaskan, di Palestina buku paspor merupakan hal yang sangat penting karena menjadi sebagai identitas utama layaknya kartu tanda penduduk (KTP) bagi warganya.
"Hampir semua penduduk Palestina memiliki paspor. Sudah seperti kewajiban penduduknya dibekali paspor," ujarnya.
Menurut Atje, kerja sama dengan Palestina tidak hanya berkisar pada kemajuan bisnis Perum Peruri di negara itu, tetapi juga bisa membuka peluang ekspansi ke negara lain di sekitarnya seperti Jordania.
Selain Palestina, Peruri juga sedang menjajaki kerja sama pencetakan uang pesanan Papua Nugini.
"Saat ini sedang tender. Jika Peruri memenangkannya, maka kita mendapat pesanan pencetakan uang logam, buku paspor, dan perangko untuk Papua Nugini. Jumlah masing-masing produk tentu masih dinegosiasikan," ujarnya.
Sebelumnya, Peruri sudah dipercaya mencetak uang kertas dan logam untuk Nepal dan dikembangkan ke produk lainnya seperti buku paspor dan pita cukai.
Nepal sebagai pintu masuk Peruri untuk masuk ke negara sekitarnya seperti Sri Lanka dan Bhutan.
Sedangkan Pilipina, Peruri sudah membuka penjajakan kerja sama untuk mencetakan uang logam dan termasuk perangko.
"Peruri sudah masuk dalam kualifikasi Bank Sentral Pilipina sebagai rekanan pencetakan uang dan produk secuity printing lainnya di negara itu," ujar Atje.
Meski begitu, ia menuturkan sejauh ini kontribusi dari pesanan pencetakan dari luar negeri pada tahun 2015 terhadap total pendapatan Peruri, masih berkisar 2 persen.
"Tahun ini (2016) dan ke depan pemegang saham menargetkan harus mencapai sekitar 10 persen. Ini butuh kerja keras, namun diyakini dapat dipenuhi seiring dengan kapasitas dan kemampuan teknologi perusahaan yang terus dikembangkan," ujarnya.
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016