Jayapura (ANTARA News) - Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Komarudin Watubun mensosialisasikan empat pilar kebangsaan, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, UUD 1945 dan NKRI di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Rabu.
"Saya berkunjung ke Wamena, Kabupaten Jayawijaya, selain menyerap aspirasi juga mensosialisasikan empat pilar kebangsaan," katanya saat berada di Kota Jayapura, Papua, Rabu malam.
Dalam sosialisasi empat pilar kebangsaan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, di hadapan masyarakat, pemuda, perempuan dan pemangku kepentingan, kata Komarudin, ia menyampaikan bahwa nilai sosial Pancasila lebih banyak dilaksanakan dan terdapat di Provinsi Papua.
"Misalnya nilai gotong royong, musyawarah untuk mufakat dan makan bersama dengan rakyat pada acara tradisi bakar batu ada di Papua," katanya.
"Lalu, menjaga kebhinekaan yang terdiri dari ratusan bahasa, aneka tarian dan kuliber lokal yang tak kalah sehat seperti makanan papeda atau keladi. Nah, nilai keadilan sosial yang terbagi kepada seluruh rakyat dalam adat Papua sangat dijunjung tinggi," lanjutnya.
Sementara dari perkotaan, kata Komarudin yang juga Ketua Kehormatan DPP PDI Perjuangan itu, nilai-nilai Pancasila mulai tergerus dikalahkan dengan nilai-nilai ideologi materialisme dari barat.
"Ciri-ciri nilai materialisme di samping membuat masyarakat jadi terkelas-kelas, juga menyebarkan individualisme, hedonisme, liberalis dan nilai-nilai yang menjadikan masyarakat sakit," katanya.
Masyarakat Papua masa kini, lanjut dia, bisa dikatakan sebagai cagar alam nya Pancasila, yang semakin terkoneksi transportasi dan telekomunikasi, sebuah masyarakat dengan budaya luar semakin tergerus dengan nilai-nilai lokalnya.
"Tidak lama lagi, jika tidak mendapat perhatian kita bersama, nilai-nilai itu akan sama tergerusnya dengan daerah lain. Jika ada penilaian masyarakat mana Indonesia yang masih praktekan nilai Pancasila sudah pasti masyarakat Papua pemenangnya," katanya.
Bhineka Tunggal Ika, slogan Pancasila nampak jelas ada di Papua. Sumpah Pemuda, yang dikatakan bahasa satu, bahasa Indonesia, juga nampak lebih jelas ada di Papua.
Pewarta: Alfian Rumagit
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016