Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Pasar Spot antar Bank Jakarta, Jumat pagi, menguat tipis tiga poin menjadi Rp9.170/9.175 dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.173/9.210 per dolar AS. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta, mengatakan kenaikan rupiah yang berlanjut hingga mendekati level Rp9.150 per dolar AS menunjukkan bahwa Bank Indonesia (BI) sudah melakukan intervensi pasar. Namun kenaikan rupiah yang relatif kecil itu terjadi karena pelaku asing di pasar global membeli dolar AS. Mereka mengalihkan dananya ke dolar AS yang semula membeli yen, sambil menunggu laporan tenaga kerja AS dan prospek suku bunga AS, katanya. Meski demikian, lanjut Kostaman, rupiah diperkirakan akan bisa mendekati level Rp9.100 per dolar AS, setelah sebelumnya dikhawatirkan tidak akan bisa kembali ke level Rp9.100 per dolar AS, apabila rupiah menembus level Rp9.200 per dolar AS. "Kami optimis rupiah akan terus menguat hingga mencapai level Rp9.100 per dolar AS, selain mendapat dukungan dari BI juga pelaku lokal melakukan aksi profittaking untuk memperoleh keuntungan," katanya. Rupiah, menurut dia, menguat tipis yang didukung oleh membaiknya pasar saham regional, setelah terpuruk beberapa hari lalu seperti indeks Nikkei Jepang menguat 0,68 persen, indeks Kospi Jepang naik 0,41 persen dan indeks SP/ASX 200, Australia 0,28 persen. Namun spekulasi beli rupiah relatif kecil, karena pelaku lokal menunggu aksi pelaku asing yang sedang memfokuskan perhatian terhadap indikator ekonomi AS seperti data tenaga kerja, katanya. Dolar AS naik menjadi 117,22 yen, euro menjadi 153,94 dari sebelumnya 153,85 yen. Kostaman Thayib mengatakan, membaiknya rupiah juga menunjukkan faktor fundamental ekonomi makro Indonesia cukup bagus dapat mengatasi gejolak rupiah yang tertekan pasar regional sehingga mata uang lokal itu sempat mendekati level Rp9.250 per dolar AS. Namun semua itu adalah permainan pasar antara permintaan dan persediaan yang diimbangi oleh isu positif maupun negatif, sehingga terjadi gejolak yang sampai saat ini sulit diatasi seketika itu juga, ucapnya.*&(

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007